Senin, 14 November 2016

Kisah Teladan dari sang Khalifah Amirul Mukminin Syaidinna Umar Ibn Al Khattab



Pada suatu masa di zaman kekhalifahan Amirul Mukminin Syaidinna Umar Ibn Al-Khattab. Di sebuah provinsi yaitu Mesir yang kala itu dipimpin oleh seorang Gubernur yang bernama Amr Ibn Ash. Hiduplah seorang Yahudi tua yang tinggal di sebuah gubuk reot. Gubuk reot sang Yahudi tua itu bersebelahan dengan istana megah sang Gubernur.

Suatu hari, sang Gubernur hendak menggusur gubuk reot sang Yahudi tua tersebut. Beliau memandang bahwa Gubuk reot tersebut merusak pemandangan akan kemegahan dan keindahan istana sang Gubernur. Dengan dalih untuk membangun Masjid Besar proyek negara, akhirnya sang Gubernur memerintahkan aparat pemerintahan untuk menggusur gubuk reot sang Yahudi tua itu. Si Yahudi tua protes, namun apa daya dia hanya seorang tua yang miskin. Gubernur Amr Ibn Ash tidak menghiraukan protes si Yahudi tua tersebut. Harta yang paling berharganya yaitu gubuk reot yang selama ini dia tinggali ternyata digusur oleh pemimpin yang bertindak dengan sewenang-wenang.


Demi mendapatkan keadilan, si Yahudi tua berniat untuk menemui khalifah Umar Ibn Al-Khattab di kota Madinah. Singkat cerita, tibalah si Yahudi tua di kota Madinah. Di hadapan seorang lelaki yang terlihat sedang tidur di bawah pohon kurma. Yang ternyata lelaki tersebut adalah khalifah Umar bin Khattab. Hanya saja si Yahudi tua sebelumnya tidak mengenali beliau. Karena si yahudi tua beranggapan bahwa di Mesir saja Gubernur Amr bin Ash istananya begitu megah dan pakaiannya begitu mewah. Apalagi sang khalifah Umar bin Khattab.


Yahudi tua : “Bapak tahu khalifah Umar bin Khattab ? Di mana istananya ?”
Syaidinna Umar : “istananya di atas lumpur.”
Yahudi tua : “Pengawal nya banyak ?”
Syaidinna Umar : “Banyak. Yaitu yatim piatu, janda-janda tua, orang-orang miskin, orang-orang lemah, itu pengawalnya.”
Yahudi tua : “Pakaian kebesarannya apa pak ?”
Syaidinna Umar : “Pakaian kebesarannya adalah malu dan takwa. Itulah Umar bin Khattab”
Yahudi tua : “ Lalu orang nya sekarang ada di mana pak ?”
Syaidinna Umar : “Di depan kamu sekarang.”

Begitu tahu orang yang ditanyakan adalah sang Khalifah Umar bin Khattab, gemetar tubuh si Yahudi tua dan keringatnya bercucuran. Bayangkan, Istananya di atas lumpur. Sebab beliau (Khalifah Umar bin Khattab) berprinsip “bagaimana saya bisa menghayati nasib rakyat kalau saya tidak merasakan apa yang mereka rasakan. Bagaimana saya bisa tahu sakitnya lapar kalau saya belum pernah kelaparan.”


Syaidinna Umar : “ Kamu dari mana ?”

Yahudi tua : “ Dari Mesir pak.”
Syaidinna Umar : “ Ada perlu apa mencari saya ?”
Yahudi tua : “ Mau laporan gubernur bapak di Mesir yaitu Amr bin Ash, beliau telah menggusur gubuk saya pak.”
Syaidinna Umar : “ Ceritanya bagaimana ? “
Yahudi tua : “ Beliau mau bangun masjid. Kebetulan di area tersebut ada tanah dan gubuk punya saya. Saya tidak mau jual, lalu digusur pak. Makanya saya datang kesini hendak mencari keadilan.”
Syaidinna Umar : “ Hmm.. Begini saja. Kamu lihat tempat sampah di sana ? Coba kamu cari dan ambil satu saja tulang unta yang ada di sana.”

Si Yahudi tua bingung dibuatnya.


Yahudi tua : “ Pak, saya datang jauh-jauh dari Mesir ke Madinah menemui Khalifah untuk mencari keadilan. Kalau hanya tulang unta, di Mesir juga banyak pak.”

Syaidinna Umar : “ Sudahlah, pokoknya kamu ambil saja tulang itu.”

Akhirnya si yahudi tua tersebut menuruti dan mengambil salah satu tulang yang ada di tempat sampah itu. Dan menyerahkan tulang unta tersebut kepada Syaidinna Umar bin Khattab. Dan oleh Syaidinna Umar, tulang tersebut diberi garis lurus dengan ujung pedang beliau.


Syaidinna Umar : “ Nah, ini kau bawa kembali ke Mesir. Kau berikan kepada Amr bin Ash.”


Semakin bingung si Yahudi tua. Datang ke Madinah mencari keadilan malah dikasih tulang yang diberi garis lurus oleh Syaidinna Umar bin Khattab.


Yahudi tua : “ Yaa Khalifah Umar, nanti saya harus ngomong apa ke Gubernur Amr bin Ash?”

Syaidinna Umar : “ Sudahlah, kau serahkan saja tulang itu kepadanya.”



Akhir nya si Yahudi tua pulang ke Mesir. Lalu, ketika sampai di Mesir dia langsung menemui Gubernur Amr bin Ash.

Yahudi tua : “ Tuan Gubernur. Saya baru saja dari Madinah dan menemui Khalifah Umar bin Khattab. Beliau memberikan ini kepada saya untuk diserahkan kepada anda.”


Gubernur Amr bin Ash menerima tulang yang ada garis lurus nya pemberian dari si Yahudi tua, gemetar badannya, bercucuran keringat dinginnya, panik mukanya. Kemudian beliau memanggil Kepala proyek mesjid besar dan berkata “Proyek dihentikan. Masjid besar batal didirikan. Itu gubuk si Yahudi tua dirikan kembali.” Si Yahudi tua semakin bingung, itu Gubernur dapat tulang saja begitu takut nya.


Yahudi tua : “ Ada apa sebenarnya ya tuan Gubernur ?”

Gubernur Amr bin Ash : “ Kamu tahu ? Ini adalah nasihat pahit buat saya dari Amirul Mukminin Umar Bin Khattab. Seolah-olah beliau bilang ‘Hai Amr bin Ash.. Jangan mentang-mentang sedang berkuasa ya.. Pada suatu saat nanti kau akan menjadi tulang belulang seperti ini.. Maka mumpung kamu masih hidup dan berkuasa, berlaku lurus dan adillah kamu seperti lurusnya garis di atas tulang ini. Lurus, adil dan jangan bengkok, sebab kalau kamu bengkok, aku yang akan meluruskan kamu pakai pedangku’.”
Yahudi tua : “ Pak Gubernur.. kalau begitu Islam adil ya pak ?”
Gubernur Amr bin Ash : “ Adil tentu saja.”
Yahudi tua : “ Kalau begitu tanah saya silakan diambil saja pak. Gunakan untuk kepentingan Negara. Dan gubuk saya itu biarkan dirubuhkan juga pak. Bahkan mulai saat ini saya menyatakan masuk ke dalam agama Islam.”
Akhirnya si Yahudi tua masuk ke dalam agama Islam karena merasakan keadilan yang diperolehnya dari khalifah Amirul Mukminin Umar ibn Al-Khattab. Subhanallah.


#disalin dari sumber Ceramah KH. Zainuddin MZ – Kisah Khalifah Umar Bin Khattab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar