Senin, 17 September 2012

Jakarta Macet, Salah Siapa ?


Jakarta bilangan Ancol, 12 September 2012.

Tadi pagi saya terlibat obrolan serius tapi santai dengan beberapa teman kerja di depan wastafel sebuah toilet kantor. Ketika itu ada seorang teman yang mengeluhkan kondisi Jakarta yang macet, terlebih lagi adanya pembangunan koridor busway baru di daerah Kemayoran. Dia membayangkan seperti apa kemacetan di Jakarta dengan dikuranginya badan jalan untuk busway yang menggunakan jalur khusus. Padahal badan jalan yang ada itu kecil dan sedikit hanya beberapa meter saja lebarnya. Sebelum ada jalur busway saja macet, apalagi dengan adanya jalur busway yang mengurangi lebar badan jalan. Begitulah keluh kesah teman saya yang baru beberapa tahun menetap di Jakarta ini. Saya pun menanggapinya dengan memberikan "solusi" atas kemacetan parah yang diprediksi akan terjadi di wilayah tersebut dengan mengatakan agar lebih memilih menggunakan angkutan umum seperti busway untuk berangkat dan pulang kerja atau aktivitas lainnya ketimbang menggunakan mobil pribadi. Kemacetan di Jakarta bukan disebabkan karena adanya "pemotongan" badan jalan yang diperuntukkan untuk jalur khusus busway. Bahkan jauh sebelum Konsep Busway dicanangkan, kemacetan sudah terjadi di setiap sudut jalan raya ibukota negara Republik Indonesia ini. Busway sendiri bisa dikatakan sebagai "pelengkap" daripada kemacetan yang sudah terjadi di Jakarta sejak lama. Bahkan tujuan sebenarnya dari pembangunan konsep Busway ternyata untuk mengurai dan mengurangi dampak kemacetan yang terjadi di banyak jalan-jalan raya di ibukota ini. Pembangunan koridor Busway saat ini sudah menjelajah dari wilayah barat Jakarta sampai ke Timur. Dari Selatan sampai ke Utara. Bahkan daerah-daerah yang disebut sebagai penyangga Ibukota seperti Tangerang, dibangun Bus Line sebagai pendukung daripada konsep Busway tersebut.