Rabu, 31 Oktober 2012

Tradisi Dan Budaya Masyarakat Betawi (2) --- Jadi Pengejek ---


Cengkareng, 25 September 2012

 Abis malemnya muludan, paginya berangkat lagi ke TKP. Nganterin mpok saya buat jadi ”pengejek”. ”Pengejek” adalah pelayan nyang ikut membantu kelancaran dalam suatu acara resepsi perkawinan dalam masyarakat Betawi. Biasanya pengejek lelaki kerjaannya mulain dari ngerapiin kursi-kursi nyang berantakan lantaran abis dipake ama tamu-tamu. Ngebuang sisa minuman atau makanan nyang ada di atas meja, supaya meja bersih dan kaga ada sampah, soalnya mao ditempatin lagi ama tamu nyang laennya. Mungutin piring-piring nyang abis dipake makan ama tamu-tamu terus dibawa dah ke bagian cuci piring (biasanya ini kerjaan bocah-bocah, kalo gw nyang kerjain bisa jatoh derajat gw.. hahaha). Nge-refill makanan atau minuman nyang tinggal dikit. Biar di meja keliatan banyak makanan atau minumannya. Kalo pengejek perempuan, biasanya kerjaannya ngelayanin tamu nyang pada mao makan. Kalo tamunya banyak, lumayan pegel juga  jadi pengejek. Tapi kalo tamunya dikit, kita bisa ngasoh. Tapi kita sebagai saudara dari Shohibul Hajat tetep ngarepin kalo tamu nyang dateng banyak mulain dari pagi ampe malem. Biar badan pegel-pegel, nyang penting ati senang. Seneng ngeliat penganten nyang sumringah ajah di pelaminan. Abisnya kalo bukan kita saudaranya nyang ngebantuin, siapa lagi ?

Rabu, 24 Oktober 2012

Haji, Panggilan Allah Kepada Orang Yang Beriman



LabbaikAllahumma Labbaik
Labbaika Laa Syarika Laka Labbaik
Innal Hamda Wa Ni’mata Laka
Wal Mulka Laa Syarika Laka

Musim Haji datang lagi ”menyapa” umat Islam. Ibadah Haji merupakan rukun Islam ke lima. Haji adalah panggilan ALLAH SWT kepada umat manusia yang beriman. Salah satu dari 3 panggilan ALLAH. Panggilan ALLAH yang pertama adalah panggilan Sholat. Sebagaimana banyak terdapat dalam Al Quran terkait perintah Sholat. Salah satunya dalam Surah Ibrahim ayat 31 berikut :




Artinya:
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: "Hendaklah mereka mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada bari itu tidak ada jual beli dan persahabatan


Tradisi Dan Budaya Masyarakat Betawi (1)-- Acara Malem Mangkat ---


Rawa Buaya, 24 September 2012

Hooaaaahhhmmmm… Bangun tidur shubuh tadi badan berasa pegel-pegel. Tulang-tulang berasa pada copot dari persendian. Sayang aja ini ari Senen, waktunya kerja lagi setelah 2 hari kemaren libur. Emang sih 2 ari kemaren saya libur kerja. Tapi mulain dari malem sabtu (pulang kerja ari jumaat) ampe semalem (malem Senen) nih badan kurang ngaso. Ini bukan lantaran lagi banyak objekan. Tapi semuanya murni lantaran rasa persaudaraan nyang erat sesama masyarakat Betawi, khususnya dalam keluarga besar kami. Sampe sekarang aja badan masih berasa meluang. Rasanya kepengen rebahan lagi, lemesin otot-otot nyang masih pada kaku.

Senin, 17 September 2012

Jakarta Macet, Salah Siapa ?


Jakarta bilangan Ancol, 12 September 2012.

Tadi pagi saya terlibat obrolan serius tapi santai dengan beberapa teman kerja di depan wastafel sebuah toilet kantor. Ketika itu ada seorang teman yang mengeluhkan kondisi Jakarta yang macet, terlebih lagi adanya pembangunan koridor busway baru di daerah Kemayoran. Dia membayangkan seperti apa kemacetan di Jakarta dengan dikuranginya badan jalan untuk busway yang menggunakan jalur khusus. Padahal badan jalan yang ada itu kecil dan sedikit hanya beberapa meter saja lebarnya. Sebelum ada jalur busway saja macet, apalagi dengan adanya jalur busway yang mengurangi lebar badan jalan. Begitulah keluh kesah teman saya yang baru beberapa tahun menetap di Jakarta ini. Saya pun menanggapinya dengan memberikan "solusi" atas kemacetan parah yang diprediksi akan terjadi di wilayah tersebut dengan mengatakan agar lebih memilih menggunakan angkutan umum seperti busway untuk berangkat dan pulang kerja atau aktivitas lainnya ketimbang menggunakan mobil pribadi. Kemacetan di Jakarta bukan disebabkan karena adanya "pemotongan" badan jalan yang diperuntukkan untuk jalur khusus busway. Bahkan jauh sebelum Konsep Busway dicanangkan, kemacetan sudah terjadi di setiap sudut jalan raya ibukota negara Republik Indonesia ini. Busway sendiri bisa dikatakan sebagai "pelengkap" daripada kemacetan yang sudah terjadi di Jakarta sejak lama. Bahkan tujuan sebenarnya dari pembangunan konsep Busway ternyata untuk mengurai dan mengurangi dampak kemacetan yang terjadi di banyak jalan-jalan raya di ibukota ini. Pembangunan koridor Busway saat ini sudah menjelajah dari wilayah barat Jakarta sampai ke Timur. Dari Selatan sampai ke Utara. Bahkan daerah-daerah yang disebut sebagai penyangga Ibukota seperti Tangerang, dibangun Bus Line sebagai pendukung daripada konsep Busway tersebut.

Jumat, 27 Juli 2012

Hal-Hal yang Diperbolehkan dalam Berpuasa

Pada bagian ini kami paparkan hal-hal yang diperbolehkan dalam berpuasa. 

1. Keluar sperma dan menyelam dalam air.
Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Abdurrahman dari beberapa orang sahabat Nabi saw yang bercerita kepadanya:
"Sungguh, saya telah melihat Rasulullah saw menuangkan air ke atas kepalanya sewaktu beliau berpuasa, disebabkan haus atau kepanasan." (HR Ahmad, Malik dan Abu Daud dengan sanad yang sahih)
Dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim disebutkan oleh Aisyah ra, "Bahwa Nabi saw di waktu subuh berada dalam keadaan junub, sedang beliau berpuasa, kemudian beliau mandi."
Jika kebetulan air itu masuk ke dalam rongga perut orang yang berpuasa dengan tidak sengaja, maka puasanya tetap sah.

AIR MATA RINDU


Langit Madinah kala itu mendung. Bukan mendung biasa, tetapi mendung yang kental dengan kesuraman dan kesedihan. Seluruh manusia bersedih, burung-burung enggan berkicau, daun dan mayang kurma enggan melambai, angin enggan berhembus, bahkan matahari enggan nampak. Seakan-akan seluruh alam menangis, kehilangan sosok manusia yang diutus sebagai rahmat sekalian alam. Di salah satu sudut Masjid Nabawi, sesosok pria yang legam kulitnya menangis tanpa bisa menahan tangisnya.
-----
Waktu shalat telah tiba. Bilal bin Rabah, pria legam itu, beranjak menunaikan tugasnya yang biasa: mengumandangkan adzan.

Allahu Akbar, Allahu Akbar.

Suara beningnya yang indah nan lantang terdengar di seantero Madinah. Penduduk Madinah beranjak menuju masjid. Masih dalam kesedihan, sadar bahwa pria yang selama ini mengimami mereka tak akan pernah muncul lagi dari biliknya di sisi masjid.

Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha ilallah.

Suara bening itu kini bergetar. Penduduk Madinah bertanya-tanya, ada apa gerangan. Jamaah yang sudah berkumpul di masjid melihat tangan pria legam itu bergetar tak beraturan.

Asy...hadu.. an..na.. M..Mu..mu..hammmad. ..

Suara bening itu tak lagi terdengar jelas. Kini tak hanya tangan Bilal yang bergetar hebat, seluruh tubuhnya gemetar tak beraturan, seakan-akan ia tak sanggup berdiri dan bisa roboh kapanpun juga. Wajahnya sembab. Air matanya mengalir deras, tidak terkontrol. Air matanya membasahi seluruh kelopak, pipi, dagu, hingga jenggot. Tanah tempat ia berdiri kini dipenuhi oleh bercak-bercak bekas air matanya yang jatuh ke bumi. Seperti tanah yang habis di siram rintik-rintik air hujan.

Ia mencoba mengulang kalimat adzannya yang terputus. Salah satu kalimat dari dua kalimat syahadat. Kalimat persaksian bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasul ALLAH.

Asy...ha..du. .annna...

Kali ini ia tak bisa meneruskan lebih jauh. Tubuhnya mulai limbung. Sahabat yang tanggap menghampirinya, memeluknya dan meneruskan adzan yang terpotong.

Saat itu tak hanya Bilal yang menangis, tapi seluruh jamaah yang berkumpul di Masjid Nabawi, bahkan yang tidak berada di masjid ikut menangis. Mereka semua merasakan kepedihan ditinggal Kekasih ALLAH untuk selama-lamanya. Semua menangis, tapi tidak seperti Bilal. Tangis Bilal lebih deras dari semua penduduk Madinah. Tak ada yang tahu persis kenapa Bilal seperti itu, tapi Abu Bakar ash-Shiddiq ra. tahu. Ia pun membebastugaskan Bilal dari tugas mengumandangkan adzan.

Saat mengumandangkan adzan, tiba-tiba kenangannya bersama Rasulullah SAW berkelabat tanpa ia bisa membendungnya. Ia teringat bagaimana Rasulullah SAW memuliakannya di saat ia selalu terhina, hanya karena ia budak dari Afrika. Ia teringat bagaimana Rasulullah SAW menjodohkannya. Saat itu Rasulullah meyakinkan keluarga mempelai wanita dengan berkata, "Bilal adalah pasangan dari surga, nikahkanlah saudari perempuanmu dengannya." Pria legam itu terenyuh mendengar sanjungan Sang Nabi akan dirinya, seorang pria berkulit hitam, tidak tampan, dan mantan budak.

Kenangan-kenangan akan sikap Rasul yang begitu lembut pada dirinya berkejar-kejaran saat ia mengumandangkan adzan. Ingatan akan sabda Rasul, "Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat." lalu ia pun beranjak adzan, muncul begitu saja tanpa ia bisa dibendung. Kini tak ada lagi suara lembut yang meminta istirahat dengan shalat.

Bilal pun teringat bahwa ia biasanya pergi menuju bilik Nabi yang berdampingan dengan Masjid Nabawi setiap mendekati waktu shalat. Di depan pintu bilik Rasul, Bilal berkata, "Saatnya untuk shalat, saatnya untuk meraih kemenangan. Wahai Rasulullah, saatnya untuk shalat." Kini tak ada lagi pria mulia di balik bilik itu yang akan keluar dengan wajah yang ramah dan penuh rasa terima kasih karena sudah diingatkan akan waktu shalat.

Bilal teringat, saat shalat 'Ied dan shalat Istisqa' ia selalu berjalan di depan Rasulullah dengan tombak di tangan menuju tempat diselenggarakan shalat. Salah satu dari tiga tombak pemberian Raja Habasyah kepada Rasulullah SAW. Satu diberikan Rasul kepada Umar bin Khattab ra., satu untuk dirinya sendiri, dan satu ia berikan kepada Bilal. Kini hanya tombak itu saja yang masih ada, tanpa diiringi pria mulia yang memberikannya tombak tersebut. Hati Bilal makin perih.

Seluruh kenangan itu bertumpuk-tumpuk, membuncah bercampur dengan rasa rindu dan cinta yang sangat pada diri Bilal. Bilal sudah tidak tahan lagi. Ia tidak sanggup lagi untuk mengumandangkan adzan.
Abu Bakar tahu akan perasaan Bilal. Saat Bilal meminta izin untuk tidak mengumandankan adzan lagi, beliau mengizinkannya. Saat Bilal meminta izin untuk meninggalkan Madinah, Abu Bakar kembali mengizinkan. Bagi Bilal, setiap sudut kota Madinah akan selalu membangkitkan kenangan akan Rasul, dan itu akan semakin membuat dirinya merana karena rindu. Ia memutuskan meninggalkan kota itu. Ia pergi ke Damaskus bergabung dengan mujahidin di sana. Madinah semakin berduka. Setelah ditinggal al-Musthafa, kini mereka ditinggal pria legam mantan budak tetapi memiliki hati secemerlang cermin.
----
Jazirah Arab kembali berduka. Kini sahabat terdekat Muhammad SAW, khalifah pertama, menyusulnya ke pangkuan Ilahi. Pria yang bergelar Al-Furqan menjadi penggantinya. Umat Muslim menaruh harapan yang besar kepadanya.

Umar bin Khattab berangkat ke Damaskus, Syria. Tujuannya hanya satu, menemui Bilal dan membujuknya untuk mengumandangkan adzan kembali. Setelah dua tahun yang melelahkan; berperang melawan pembangkang zakat, berperang dengan mereka yang mengaku Nabi, dan berupaya menjaga keutuhan umat; Umar berupaya menyatukan umat dan menyemangati mereka yang mulai lelah akan pertikaian. Umar berupaya mengumpulkan semua muslim ke masjid untuk bersama-sama merengkuh kekuatan dari Yang Maha Kuat. Sekaligus kembali menguatkan cinta mereka kepada Rasul-Nya. Umar membujuk Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Bilal menolak, tetapi bukan Umar namanya jika khalifah kedua tersebut mudah menyerah. Ia kembali membujuk dan membujuk. "Hanya sekali", bujuk Umar. "Ini semua untuk umat. Umat yang dicintai Muhammad, umat yang dipanggil Muhammad saat sakaratul mautnya. Begitu besar cintamu kepada Muhammad, maka tidakkah engkau cinta pada umat yang dicintai Muhammad?"
Bilal tersentuh. Ia menyetujui untuk kembali mengumandangkan adzan. Hanya sekali, saat waktu Subuh..

Hari saat Bilal akan mengumandangkan adzan pun tiba. Berita tersebut sudah tersiar ke seantero negeri. Ratusan hingga ribuan kaum muslimin memadati masjid demi mendengar kembali suara bening yang legendaris itu.

Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu anla ilaha illallah, Asyhadu anla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadarrasululla h

Sampai di sini Bilal berhasil menguatkan dirinya. Kumandang adzan kali itu beresonansi dengan kerinduan Bilal akan Sang Rasul, menghasilkan senandung yang indah lebih indah dari karya maestro komposer ternama masa modern mana pun jua. Kumandang adzan itu begitu menyentuh hati, merasuk ke dalam jiwa, dan membetot urat kerinduan akan Sang Rasul. Seluruh yang hadir dan mendengarnya menangis secara spontan.

Asyhadu anna Muhammadarrasululla h

Kini getaran resonansinya semakin kuat. Menghanyutkan Bilal dan para jamaah di kolam rindu yang tak berujung. Tangis rindu semakin menjadi-jadi. Bumi Arab kala itu kembali basah akan air mata.

Hayya 'alash-shalah, hayya 'alash-shalah

Tak ada yang tak mendengar seruan itu kecuali ia berangkat menuju masjid.

Hayya `alal-falah, hayya `alal-falah

Seruan akan kebangkitan dan harapan berkumandang. Optimisme dan harapan kaum muslimin meningkat dan membuncah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar

Allah-lah yang Maha Besar, Maha Perkasa dan Maha Berkehendak. Masihkah kau takut kepada selain-Nya? Masihkah kau berani menenetang perintah-Nya?

La ilaha illallah

Tiada tuhan selain ALLAH. Jika engkau menuhankan Muhammad, ketahuilah bahwa ia telah wafat. ALLAH Maha Hidup dan tak akan pernah mati.
----
Tahun 20 Hijriah. Bilal terbaring lemah di tempat tidurnya. Usianya saat itu 70 tahun. Sang istri di sampingnya tak bisa menahan kesedihannya. Ia menangis, menangis dan menangis. Sadar bahwa sang suami tercinta akan segera menemui Rabbnya.
"Jangan menangis," katanya kepada istri. "Sebentar lagi aku akan menemui Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatku yang lain. Jika ALLAH mengizinkan, aku akan bertemu kembali dengan mereka esok hari."

Esoknya ia benar-benar sudah dipanggil ke hadapan Rabbnya. Pria yang suara langkah terompahnya terdengar sampai surga saat ia masih hidup, berada dalam kebahagiaan yang sangat. Ia bisa kembali bertemu dengan sosok yang selama ini ia rindukan. Ia bisa kembali menemani Rasulullah, seperti sebelumnya saat masih di dunia.

Kepada Siapa Puasa itu Diwajibkan?



Para ulama telah sepakat (ijma') bahwa puasa itu wajib atas orang Islam yang berakal, baligh, sehat dan menetap (tidak sedang bepergian). Sedangkan seorang wanita hendaklah ia suci dari haidh dan nifas.
Oleh sebab itu, tidak wajib puasa atas orang kafir, orang gila, anak-anak, orang sakit, musafir, perempuan yang sedang haidh dan nifas. Begitu pula orang tua, perempuan hamil atau yang sedang menyusui.
Di antara mereka, ada yang tidak wajib berpuasa atasnya sama sekali, seperti orang kafir atau orang gila, ada pula yang diminta agar orang tuannya menyuruhnya berpuasa (mereka adalah anak-anak), ada yang diperbolehkan berbuka dan wajib mengqadha (orang sakit dan musafir), ada yang wajib berbuka dan wajib mengqadha (perempuan yang haidh dan nifas) dan ada yang diberi keringanan berbuka, tetapi diwajibkan membayar fidyah (orang yang sudah tua-renta, baik laki-laki maupun perempuan).

Orang Kafir dan Orang Gila
Puasa itu merupakan ibadah islamiyah, sehingga tidak wajib bagi orang-orang yang tidak beragama Islam. Orang gila tidak termasuk mukallaf, karena dia kehilangan akal yang menjadi tempat bergantungnya taklif. Rasulullah saw besabda, "Pena (beban taklif) itu diangkat dari tiga golongan, yaitu dari orang yang gila sampai akalnya sehat, dari orang tidur sampai ia bangun, dan dari anak kecil sampai ia baligh." (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Puasa Anak-Anak
Mengenai anak-anak -walaupun mereka tidak wajib berpuasa- sepatutnya walinya menyuruhnya agar mereka mengerjakannya, supaya mereka dapat membiasakannya dari kecil, yakni selama anak itu dapat dan mampu. Diterima dari Rubaiyi' binti Muawwidz bahwa Rasulullah saw -pada pagi hari 'Asyura- mengirim utusan ke desa-desa kaum Anshar untuk menyampaikan:
"Siapa yang telah berpuasa dari pagi hari hendaklah ia meneruskan puasanya, dan siapa yang dari pagi telah berbuka, hendaknya ia mempuasakan hari yang tersisa! Maka, setelah itu pun kami berpuasa, kami bawa mereka ke masjid, kami buatkan mereka semacam alat permainan dari bulu domba. Lalu, jika ada di antara mereka yang menangis karena minta makan, kami berikan kepadanya alat permainan itu. Demikianlah berlangsung sampai dekat waktu berbuka." (HR Bukhari dan Muslim).

Orang yang Boleh Berbuka dan Wajib Membayar Fidyah
Orang yang telah dimakan usia (tua-renta), baik laki-laki maupun perempuan, orang sakit yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya dan orang-orang yang mempunyai pekerjaan berat yang tidak mendapatkan pekerjaan lain diberi keringanan berbuka, yakni jika berpuasa itu akan memberatkan mereka sepanjang musim dalam tahun itu. Dan sebagai tebusannya mereka wajib memberi makan seorang miskin untuk setiap hari berpuasa. Sedangkan banyaknya makanan itu terdapat perselisihan di antara ulama -karena dalam Sunnah sendiri tidak disebutkan- tetapi ada yang mengatakan 1 mud untuk 1 hari tidak puasa dan 1 mud = 6 ons makanan pokok.
Ibnu Abbas berkata, "Diberi keringanan kepada orang yang sudah lanjut usia untuk berbuka, untuk setiap harinya hendaklah ia memberikan makan seorang miskin dan ia tidak perlu mengqadha."
Bukhari meriwayatkan dari 'Atha' bahwa ia mendengar Ibnu Abbas ra membaca ayat, "Wa 'alal Ladziina Yuthiquunahu Fidyatun Tha'amu Miskiinin". (Bagi orang-orang yang sulit melakukan puasa, hendaklah membayar fidyah yaitu memberi makan seorang miskin." (Al-Baqarah: 184)
Ibnu Abbas berkata, "Ayat itu tidaklah dinasakh/dihapus. Maksudnya adalah bagi orang tua lanjut usia, baik laki-laki maupun wanita yang telah tidak sanggup berpuasa, hendaklah memberi makan seorang miskin untuk setiap hari mereka tidak berpuasa."
Begitu pula orang sakit yang tidak ada harapan sembuh lagi dan tidak kuat berpuasa, hukumnya sama dengan orang tua-renta, tidak ada bedanya. Demikian pula halnya kaum buruh yang bergulat dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat.

Orang yang Boleh Berbuka dan Wajib Mengqadha
Orang sakit yang masih ada harapan kesembuhannya dan musafir dibolehkan bagi keduanya untuk berbuka dan wajib mengqadha. Allah SWT berfirman, "Siapa yang sakit di antara kalian atau dalam perjalanan, hendaklah ia mengqadha pada hari-hari yang lain." (Al-Baqarah: 184).
Orang yang sehat yang takut akan jatuh sakit disebabkan berpuasa boleh berbuka seperti orang yang sakit. Demikian juga orang yang amat kelaparan atau kehausan hingga mungkin celaka (mati), hendaklah berbuka dan mengqadha, walaupun ia seorang yang sehat dan bukan musafir. Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu bunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Pengasih terhadapmu." (An-Nisaa': 29).
"Tidaklah Allah menyebabkan timbulnya kesulitan bagimu dalam agama." (Al-Hajj: 78).
Dan seandainya orang sakit itu berpuasa dan rela menanggung penderitan, puasanya sah. Hanya saja, tindakannya itu makruh hukumnya, karena ia tak ingin menerima keringanan yang disukai Allah SWT dan siapa tahu mungkin ia dapat bahaya karenanya.

Rukun Puasa
Rukun puasa ada dua, dan keduanya merupakan unsur terpenting dari hakikat puasa itu. Kedua rukun tersebut adalah pertama, niat. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, "Dan tiadalah mereka diperintah kecuali untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT dan mengikhlaskan agama kepada-Nya semata." (Al-Bayyinah: 5).
Dan, sabda Nabi saw, "Setiap perbuatan itu hanyalah dengan niat, dan setiap manusia akan memperoleh apa yang diniatkannya."
Niat tersebut hendaknya dilakukan sebelum terbitnya fajar (masuknya waktu subuh) pada tiap malam bulan Ramadhan, berdasarkan hadis Hafshah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa tidak membulatkan niatnya untuk melakukan puasa sebelum fajar, maka tidak sah puasanya." (HR Ahmad dan Ashhabus Sunan serta dinyatakan sahih oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).

Niat itu sah pada salah satu saat di malam hari, dan tidak disyaratkan mengucapkannya, karena ia merupakan pekerjaan hati dan tidak ada sangkut-pautnya dengan lisan. Hakikat niat adalah menyengaja suatu perbuatan demi menaati perintah Allah SWT dalam mengharapkan keridhaan-Nya. Oleh karena itu, siapa saja yang makan sahur dengan maksud akan berpuasa dan dengan menahan diri ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, berarti ia telah berniat. Begitupun orang yang bertekad akan menghindari segala hal yang dapat membatalkan puasa di siang hari dengan ikhlas karena Allah SWT, juga berarti telah niat, walaupun ia tidak makan sahur.

Kemudian, menurut kebanyakan fuqaha', niat puasa tathawwu' (puasa sunnah) itu cukup bila waktu siang, yakni jika seseorang belum lagi makan-minum. Aisyah berkata, "Pada suatu hari Rasulullah saw datang ke rumah, lalu Rasulullah bertanya, 'Apakah ada makanan padamu', Aisyah menjawab, 'Tidak ada', kemudian Rasul bersabda, 'Kalau begitu, saya akan berpuasa'." (HR Muslim dan Abu Daud).

Sementara, golongan Hanafiah mensyaratkan bahwa niat itu hendaklah terjadi sebelum zawal atau tergelincirnya matahari. Pendapat seperti ini juga merupakan pendapat yang populer di antara kedua pendapat Imam Syafi'i. Akan tetapi, Ibnu Mas'ud dan Ahmad, menurut lahir ucapan mereka, niat itu tercapai, baik sebelum atau sesudah zawal, keduanya tidak ada bedanya.

Kedua, menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, "Maka sekarang, boleh kamu mencampuri mereka, dan hendaklah kamu mengusahakan apa yang diwajibkan Allah atasmu, dan makan-minumlah hingga nyata garis putih dari garis hitam berupa fajar, kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam." (Al-Baqarah: 187).

Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam adalah terangnya siang dan gelapnya malam. Hal tersebut berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa 'Adi bin Hatim bercerita tatkala turun ayat yang artinya, "... hingga nyata benang putih dari benang hitam berupa fajar...", saya ambil seutas tali hitam dengan seutas tali putih, lalu saya amat-amati di waktu malam, dan ternyata tidak dapat saya bedakan. Kemudian, pagi-pagi saya mendatangi Rasulullah saw dan saya menceritakan apa yang terjadi pada saya kepadanya, lalu Rasul bersabda, "Maksudnya adalah gelapnya malam dan terangnya siang."

Sumber: Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Puasa Ramadhan

Mesjidil Harom
Puasa itu ada dua macam, puasa fardhu dan puasa tathawwu' atau puasa sunnah. Puasa fardhu ada tiga macam, yaitu puasa Ramadhan, puasa Kaffarah dan puasa Nadzar.
Puasa Ramadhan adalah salah satu kewajiban yang di bebankan oleh Allah SWT kepada kita. Ia merupakan rukun Islam yang keempat. Kewajiban tersebut ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian puasa Ramadhan sebagaimana diwajibkannya puasa itu kepada umat-umat yang terdahulu sebelum kalian, agar kalian bertaqwa." (Al-Baqarah: 183).

Arti Puasa
Puasa secara bahasa (Etimologi) berarti al-imsaak (menahan). Maksudnya menahan dari apa saja. Menahan dari bicara berarti puasa bicara, menahan dari tidur berarti puasa tidur, menahan dari makan dan minum berarti puasa makan dan minum, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT di bawah ini:
"Inni Nadzartu lirrahmaani Shauma" (sesungguhnya aku bernadzar kepada Tuhan Yang Maha Pengasih untuk berpuasa). (Maryam: 26). Puasa di sini maksudnya menahan diri dari berbicara.
Sedang menurut istilah ulama fiqh (terminologi), puasa berarti menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa disertai niat pada malam harinya, sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari..


Keutamaan Puasa 

1. Puasa itu untuk Allah (sebagai penghargaan dari-Nya), bukan untuk manusia. Artinya Allah-lah yang langsung membalasnya.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, Allah Azza wa Jalla berfirman (dalam hadis Qudsi-Nya), "Semua amalan manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa, maka itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberinya ganjaran Puasa itu merupakan benteng, maka ketika datang saat berpuasa, janganlah seorang berkata keji atau berteriak-teriak atau mencai-maki. Seandainya dia dicaci oleh seseorang atau diajak berkelahi, hendaknya dia menjawab, 'saya ini berpuasa' dua kali. Demi Allah yang jiwa raga Muhammad berada pada 'tangan'-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum daripada bau minyak kesturi. Dan orang yang berpuasa itu akan mendapat dua kegembiraan yang menyenangkan hati, yaitu di saat berbuka, ia akan bergembira dengan berbuka itu dan di saat ia menemui Tuhannya nanti, ia akan bergembira dengan puasanya." (HR Muslim, Nasa'i dan Ahmad).
Dalam riwayat yang lain disebutkan, "Puasa itu merupakan benteng. Maka jika salah seorang di antara kalian berpuasa, janganlah ia berkata keji dan mencaki-maki. Seandainya ada orang yang mengajaknya berkelahi atau mencaci-makinya, hendaklah ia berkata, 'saya ini berpuasa' dua kali. Demi Allah yang jiwa raga Muhammad berada pada tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari bau minyak kesturi. Ia meninggalkan makan dan minum dan nafsu syahwatnya karena Aku. Puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberinya pahala. Sedang setiap kebajikan itu akan mendapat pahala sepuluh kali lipat." (HR Bukhari dan Abu Daud)

2. Apabila puasa itu dilaksanakan dengan baik dan benar, ia akan bisa memberikan syafa'at kepada orang yang melakukannya.
"Puasa dan Alquran itu akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, 'Ya Tuhan, Engkau larang ia makan dan memuaskan syahwatnya di waktu siang dan sekarang ia meminta syafaat kepadaku karena itu'. Lalu Alquran pun berkata, 'Engkau larang ia tidur di waktu malam, sekarang ia meminta syafaat kepadaku mengenai itu.' Akhirnya, syafaat kedua mereka pun di terima oleh Allah SWT." (HR Ahmad dengan sanad yang sahih).

3. Puasa akan dapat memasukkan orang yang melakukannya ke sorga dan menjauhkannya dari neraka.
Dari Abu Umamah berkata, saya datang kepada Rasulullah saw lalu saya berkata kepadanya, "Perintahlah aku dengan semacam amal yang akan dapat memasukkanku ke sorga", maka Nabi saw bersabda: "Hendaklah kamu berpuasa, karena puasa itu tidak ada tandingannya". Lalu aku datangi Nabi untuk kali keduanya, maka Nabi saw bersabda: "Hendaklah kamu berpuasa." (HR Ahmad, Nasa'i dan Hakim seraya menshahihkannya).
Dari Abu Sa'id al-Khudri ra, Nabi saw bersabda, "Tidaklah seorang hamba itu berpuasa satu hari karena Allah kecuali Allah mesti menjauhkan dirinya dari neraka sebab puasa itu selama tujuh puluh tahun." (HR al-Jama'ah [sekelompok ulama hadis] kecuali Abu Daud).
Dari Sahl bin Sa'd, Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya sorga itu mempunyai sebuah pintu yang disebut 'ar-Rayyan' (artinya basah yang melimpah). Pada hari Kiamat akan dipanggil-panggil: "Hai, mana orang-orang yang berpuasa?" Lalu bila orang yang terakhir dari mereka telah masuk, maka pintu itu pun ditutupkanlah." (HR Bukhari dan Muslim).


Keutamaan Bulan Ramadhan

1. Pintu-pintu sorga (jalan-jalan menuju kebaikan) dibuka, pintu-pintu neraka (jalan-jalan menuju amal jelek) ditutup dan syetan-syetan (provokator amal kejahatan) dibelenggu Allah SWT.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda -yakni ketika datang bulan Ramadhan-, "Sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, Allah telah mewajibkan kamu berpuasa. Pada bulan itu pintu-pintu sorga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syetan-syetan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam yang nilainya lebih berharga daripada seribu bulan. Maka, barangsiapa tidak berhasil memperoleh kebaikannya, sungguh ia tidak akan mendapatkan kebaikan itu selama-lamanya." (HR Ahmad, Nasa'i dan Baihaqi).

2. Orang yang melakukan kebaikan di bulan itu diperintah berbahagia dan orang yang melakukan kejahatan di bulan itu diperintah berhenti.
"...dan seorang malaikat akan berseru, 'Wahai pencari kebaikan, bergembiralah. Wahai pecinta kejahatan, berhentilah." (HR Ahmad dan Nasa'i dengan sanad yang baik).

3. Puasa Ramadhan yang kita lakukan ini menjadi pelebur atas dosa -dosa yang telah kita lakukan dari satu Ramadhan ke Ramadhan yang lain.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, "Salat yang lima waktu, Salat Jum'at yang satu ke salat Jum'at yang lain itu menghapuskan kesalahan-kesalahan yang terdapat di antara masing-masing selama dosa besar itu dijauhi." (HR Muslim).

4. Apabila puasa Ramadhan itu dilakukan dengan ikhlas, maka diampunilah semua dosa-dosanya yang telah lampau.
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan ridha Allah SWT, maka akan diampunilah dosa-dosanya yang terdahulu." (HR Ah Ahmad, dan Ashabus Sunan).


Referensi:
1. Fiqhus Sunnah, Sayyid sabiq
2. Tamamul Minnah, Syekh Muhammad Nashiruddin al-Albani

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Rabu, 25 Juli 2012

Mudik Lebaran (Part 2) : Sholat Ied 1432 H (2011) di Kampung Orang

di Pantai Kartini


Hari-hari di Jepara kami lalui dengan berpuasa, “menghabiskan” sisa hari di bulan Ramadhan menjelang Lebaran. Walaupun cuaca saat itu cukup panas (lebih panas dari Jakarta lho), bahkan menurut saudara istri saya di Jepara jarang sekali turun hujan. Sehingga menambah daftar godaan selama berpuasa di sana. Tapi Alhamdulillah selama niat kita mantab, sisa hari puasa di Jepara dapat kami lalui dengan sempurna. Bahkan selama perjalanan menuju Jepara yang mana di hari Minggunya kami masih di jalan sambil berpuasa, dapat kami lalui sampai Maghrib tiba. Hari Senin yang merupakan hari pertama kami di Jepara dan juga H-2 Lebaran, kami lalui dengan beristirahat dan bermalas-malasan di rumah Bude (Bibi) istri saya. Sambil ngobrol dan bercerita dengan saudara-saudara dan kerabat di sana. Kami menceritakan segala hal, mulai dari perjalanan kami ke Jepara yang cukup memakan waktu sampai hal-hal lainnya. Sehingga waktu sudah sore, menjelang waktu berbuka puasa. Kami berbuka puasa di rumah saja. Selain dikarenakan waktu Sholat Maghrib yang hanya sebentar saja ---kalau berbuka di luar, khawatir waktunya tidak cukup untuk sholat Maghrib---, malam itu kalau mengikuti kalender seharusnya sudah malam takbiran yang keesokannya adalah hari Raya Iedul Fitri 1432 H, namun belum ada keputusan dari Pemerintah. Maka, kamipun menunggu keputusan Pemerintah dengan bersama-sama menonton acara sidang Ishbat penentuan akhir Ramadhan di televisi. Sehingga menghasilkan keputusan kalau Puasa Ramadhan ditambah 1 hari lagi. Berarti hari Lebaran adalah esok lusa. 
Esok sorenya, sambil menunggu waktu berbuka puasa, kami menyempatkan diri untuk belanja ukir-ukiran khas kota Jepara. Di sebuah jalan (saya lupa nama jalannya), banyak sekali toko-toko yang menjual barang-barang ukir-ukiran seperti pot bunga, tempat menyimpan gelas air mineral, jam dinding, kaligrafi, serta ukir-ukiran hiasan lainnya sampai bufet dan lemari. Di sana saya hanya membeli sebuah lekar ukir untuk meletakkan Al Quran ketika kita akan membacanya. Istri saya membeli hiasan sepeda ontel kayu dan jam dinding kayu model sauh kapal laut. Semua ukir-ukiran itu murni terbuat dari kayu jati. Sekembalinya dari toko ukiran, kami tidak langsung pulang ke rumah. Kami diajak sama mas Tasrif (kakak ipar) untuk melihat-lihat koleksi pohon bonsainya. Dia mengajak kami ke sebuah kebun yang disana banyak sekali pohon bonsai yang dirawat oleh beliau dan teman-temannya. Bagus-bagus sekali pohon-pohon koleksinya. Bahkan ada pohon yang timbuh di atas batu atau batang pohon yang sudah kering, namun tumbuh ranting kecil hijau dan daun-daun segarnya. Ketika sudah hampir maghrib, kami segera pulang untuk berbuka puasa di rumah. Sekaligus merayakan malam takbiran. 


Ukiran Khas Jepara
Akhirnya malam takbiran pun tiba. Kami keliling kota Jepara. Katanya, kalau malam takbiran disini ramai, ada pawai, karnaval dari anak-anak sampai orang dewasa. Ternyata benar. Baru saja kami keluar rumah, dikejutkan dengan suara lantunan takbir yang menggema. Walaupun sumber suaranya masih jauh, namun gema takbirnya membahana sampai ke telinga. Dari kejauhan kami melihat nyala api yang berkobar di ujung obor. Ada hiasan kembang kelapa. Anak-anak yang memainkan bedug sambil bertakbir. Sungguh pemandangan yang jarang saya temui di ibukota Jakarta. Meriah sekali suasananya.

ALLOHU AKBAR.. ALLOHU AKBAR.. ALLOHU AKBAR..
LAA ILAAHA ILLALLOHU ALLOHU  AKBAR..
ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAM..

Takbir Keliling
Dari rumah, kami berjalan berkeliling kota Jepara dan menuju ke alun-alun kota yang berdekatan dengan museum KARTINI. Di sana, menurut informasi yang saya terima, ada acara Festival Bedug antar Sekolah Menengah Atas se-Jepara. Wahh... Jadi penasaran. Karena selama ini saya hanya melihat acara Festival Bedug melalui televisi. Di perjalanan, saya menjumpai suasana yang tidak asing saya jumpai di Jakarta ketika malam takbiran. Yaitu, antrean sepeda motor untuk memasuki tempat acara. Penuh sesak dan macet. Walaupun tidak separah Jakarta, saya kaget juga karena masyarakat Jepara lebih suka pawai keliling kota menggunakan sepeda motor, sama halnya dengan masyarakat Jakarta. Kami tiba di alun-alun dan langusng menuju ke depan panggung untuk lebih menikmati acara. Tak beberapa lama acara dimulai setelah sebelumnya diisi dengan sambutan oleh para petinggi Kota Jepara. Para pesertanya adalah para siswa-siswi SMK-SMA se JEPARA. Meriah sekali acara tersebut. Dan penampilan para pesertanya sungguh luar biasa. Bahkan juga ada acara pesta kembang apinya. Ramai dan meriah sekali alun-alun Kota Jepara ini, seolah-olah semua masyarakat Jepara berkumpul di satu tempat ini. Sekitar jam 10 malam, kami memutuskan untuk pulang, karena besok harus bangun pagi-pagi untuk sholat Ied.

Ketika hari Lebaran tiba, kami sholat Ied di mesjid terdekat. Seumur-umur, belum pernah yang namanya berlebaran dan Sholat Ied di kampung orang. Saya selalu merayakan Hari Lebaran dan sholat Ied di Jakarta. Setiap tahunnya, setelah pulang dari Sholat Ied, saya selalu mencium tangan, mencium pipi kanan dan kiri seraya memeluk erat tubuh kedua orang tua. Sebagai tanda hormat dan takzim saya kepada beliau. Sehingga air mata menetes tatkala mengingat kenakalan-kenakalan yang sering saya lakukan kepada mereka.  Pada saat Sholat Ied, Khotib membacakan khutbah yang cukup membuat saya terharu. Khutbah tersebut berhasil membuat air mata menetes di pipi. Memang bahasa yang digunakan ada bahasa Jawanya yang saya tidak mengerti. Namun juga dicampur dengan bahasa Indonesia, sehingga saya menangkap maksud dari khutbahnya. Intinya sang Khotib menekankan untuk menghormati kedua orang tua. Hari Lebaran ini adalah momen yang pas untuk kita saling bermaaf-maafan, terutama kepada orang tua yang telah berjasa melahirkan dan membesarkan kita. Bahkan orang tua senantiasa berdo’a untuk semua kebaikan kita. Hal inilah yang membuat kepala saya tertunduk dan mengenang kembali kenakalan-kenakalan saya kepada mereka. Saya belum bisa membuat mereka bangga dan bahagia. Sampai saat ini hanya do’a yang bisa saya panjatkan untuk mereka. Air mata menetes dan membasahi pipi. Sungguh sebuah pengalaman pertama berlebaran di kampung orang dan jauh dari orang tua.

Selesai Sholat Ied saya pun kemudian mengambil Handphone dan mencoba menelepon ke Jakarta. Ternyata Nomor yang saya tuju tidak diangkat teleponnya. ”Ahh.. Nanti siang-siangan saja. Mungkin sekarang lagi pada sibuk bersilaturahmi dengan tetangga” pikirku. Nuansa dan suasana Lebaran di Jepara tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Yang muda berkeliling mengunjungi yang tua. Meminta maaf dan saling cipika cipiki bagi kaum wanitanya. Kami yang lelaki cukup berjabat tangan saja. Makanan dan minumannya pun tidak jauh berbeda dengan yang ada di Jakarta saat ini. Terutama Kacang Gorengnya, sama saja. Siangnya saya mencoba menelepon kembali ke Jakarta. Yang menerima ibu saya yang biasa saya panggil dengan sebutan emak. Tanpa sempat berkata-kata, air mata langsung membasahi pipi. Dengan terbata-bata, saya meminta maaf kepada beliau dan semuanya. Di ujung telepon, saya mendengar suara serak-serak basah emak saya yang juga sedang menahan emosinya untuk tidak terlalu larut dalam tangisan. Alhamdulillah. Hati serasa plong setelah mendengar suara emak. Sungguh hebat jaman sekarang, walaupun terpisah oleh jarak yang cukup jauh, kita masih bisa berkomunikasi dengan orang lain. Subhanalloh.

Keesokan harinya yaitu hari Kamis, 01 September 2011 pagi, kami bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Rencananya kami pulang ke Jakarta hari Rabu. Namun, karena keputusan Pemerintah yang menyatakan bahwa tanggal 1 Syawal 1432 H atau Hari Raya Iedul Fitri jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011, padahal di kalender menunjukkan tanggal 30 Agustus 2011 untuk Hari Raya Iedul Fitri 1432 H. Sehingga liburan kami jadi bertambah 1 hari. Kami mengecek kondisi mobil, apakah masih stabil atau ada yang bermasalah. Alhamdulillah kondisi mobil masih sehat-sehat saja. Sebelum berangkat pulang, kami sekeluarga besar menyempatkan untuk foto-foto di depan rumah. 3 generasi berfoto bersama. Mulai dari bude yang paling ”senior” di antara kami, kami sebagai anak-anaknya, hingga keponakan-keponakan kami. Akhirnya, jam 9 pagi kit meluncur berangkat menuju Jakarta, setelah berpamitan dengan semuanya. Kami sengaja mengambil waktu pulang hari itu, karena kami memprediksi kalau saat itu suasana lalu lintas untuk arus balik masih agak sepi. Karena baru H+1. Alhasil, sepanjang perjalanan tidak ada kemacetan yang berarti. Perjalanan lancar-lancar saja. Kami lewat Jalur Pantura, melalui Kudus, Semarang, Pemalang, Pekalongan, Brebes, Tegal, Cirebon, Indramayu.

Saya duduk di bangku depan samping sopir. Penumpang yang lain, termasuk istri saya terlelap tidur karena kelelahan di sepanjang perjalanan. Saya tidak bisa tidur, karena inilah impian saya. Menikmati perjalanan jauh. Sepanjang perjalanan mata saya memandang kesana kemari menikmati pemandangan di setiap kota yang kami lewati. Saya juga bertugas sebagai semacam Navigator bagi sang supir. Supir mengendarai kendaraan dengan penuh konsentrasi, saya sibuk menajamkan penglihatan saya membaca plang arah tujuan yang terpasang di setiap perempatan atau lampu merah. Alhamdulillah, sekitar jam 2 dini hari Jum’at 02 September 2011, kami tiba di rumah dengan selamat dan utuh tidak kekurangan suatu apapun. Kedatangan kami rupanya ditunggu-tunggu sama orang tua saya. Mereka tidak bisa tidur menunggu kedatangan kami. Alhamdulillah kami tiba di Jakarta dengan selamat. Sungguh pengalaman Mudik yang menyenangkan dan juga melelahkan. Saya baru tahu rasanya mudik yang sebenarnya. 

Terdampar di Pinggir Pantai

Sementara di Lebaran Tahun 2012/ 1433 H ini, sepertinya kami tidak akan kemana-mana. Hal ini dikarenakan kami mempunyai urusan yang lebih penting. Yaitu menyambut kehadiran calon anggota baru di keluarga kami. Ya.. Insya ALLAH istri saya akan melahirkan di bulan Agustus yang bertepatan dengan bulan Puasa tahun ini. Tepatnya Insya ALLAH 1 minggu sebelum Lebaran menurut perhitungan dokter yang memeriksa kandungan istri saya. Mohon do’anya ya, semoga istri saya dan bayi yang dikandungnya diberi kesehatan, dilancarkan dan dipermudah persalinannya nanti. Dan keduanya diberikan keselamatan dan kesehatan serta umur yang panjang. Semoga kita semua juga senantiasa diberi kesehatan dan umur yang panjang. Aamiin Allahumma aamiin.

Saidi, Jakarta 27 April 2012

Senin, 28 Mei 2012

(*) Nonton Lenong : Kembalinya 3 Perampok Bengis (*)


Adegan pertama dalam suatu pementasan Lenong Betawi (Lenong Preman) yang selama ini saya saksikan selalu sama. Yaitu, pertama-tama keluarlah sosok pendekar berpakaian hitam, berwajah sangar, berambut gondrong dengan lenggak-lenggok layaknya seorang jagoan hebat. Dia keluar dari balik layar yang bisa dikerek dan diganti gambarnya sesuai dengan kondisi adegan yang ditampilkan. Dia menghentakkan kaki ke lantai panggung yang terbuat dari papan, sehingga berbunyi nyaring sekali dan cukup mengagetkan penonton. Tetapi, itulah menariknya. Terkesan sangar dan hebat. Di pinggangnya terselip sebilah golok. Di jari jemarinya terpasang beberapa cincin batu akik yang agak besar. Sehingga kesan jagonya semakin terlihat. Dari atas panggung di depan layar bergambar, dia berdiri. Diambilnya mic yang tergantung di atap panggung dan didekatkan ke mulutnya. Kemudian dengan suara khas jagoan yang dibuat seseram dan seserak mungkin, dia melakukan salam khas dan perkenalan ke para penonton.


UHHUUUYYYYY…
Nih Barong Gua Punya Nama
Rawa Becek Tempat Tinggalnya
Begal, Rampok, Perkosa, Judi Kerjaannya
Sebelon Kita Ketemu Kawannya,
Kita Liat Dulu Permaenannya...

Kemudian musik pun mengalun. Perpaduan dari berbagai macam alat musik tradisional dan modern  seperti, gambang, kromong, tehyan, gendang, gong, suling, gitar dan lain sebagainya. Irama musik biasanya memainkan sebuah lagu tradisional Betawi yang biasa disebut lagu gambang kromong. Sambil musik mengalun, dari atas panggung di depan layar, sang jago melakukan gerakan pencak Silat. Gerakannya sesuai dengan irama musik. Serasi sekali. Sehingga enak dilihat dan juga enak didengarnya. Dalam adegan tersebut, sang pendekar hanya memainkan jurus sekedarnya saja. Sebagai pembuka. Maksud dari kalimat yang diucapkannya sebagai perkenalan, dia ingin supaya para penonton tahu siapa dia. Berperan sebagai apa dia pada pertunjukan itu. Dia berperan sebagai penjahat. Kaki tangannya si Tuan Tanah yang biasanya memeras rakyat kecil dengan Pajak Tanah yang sangat besar nilainya. Dia tidak sendiri. Biasanya dalam pertunjukan Lenong Betawi, ada tiga atau empat pemain yang berperan sebagai penjahat. Dengan dua atau tiga anak buah yang dipimpin langsung oleh seorang Mandor. Mulai dari yang pertama keluar biasanya berilmu paling rendah sampai terakhir sang Mandor yang paling ditakuti oleh anak buahnya. Sang Mandor ini berdandan paling seram dan lebih terlihat gagah ketimbang anak buahnya. Biasanya, setiap bertemu lawan, diawali oleh penjahat yang ilmunya paling rendah. Jika kalah, digantikan sama yang nomor dua dan seterusnya. Sampai akhirnya jika anak buahnya kalah berkelahi melawan musuh, barulah sang Mandor yang maju menghadapi musuh. Begitulah alurnya. Jadi, siapa yang paling jago, siapa yang pemimpin, pasti majunya belakangan. Pekerjaan mereka adalah merampok dan menjadi kaki tangan si Tuan Tanah dengan menarik pajak kepada masyarakat. Bahkan dalam suatu adegan, mereka tidak segan-segan untuk membunuh orang-orang yang dianggap menghalangi kegiatan mereka.

Namun, ada yang menarik dari sosok sang Mandor. Selain berpenampilan sangar dan seram, sang Mandor juga bisa melucu. Misalnya dengan pemakaian kata-kata yang hampir sama bunyinya namun memiliki makna yang berbeda. Selain itu, sang Mandor juga akan bergoyang jika di tengah-tengah dialog, musik dimainkan. Tujuannya hanya sekedar melucu. Jadi, tidak melulu seram dan bengis saja yang ditampilkan. Karena itulah karakter dari kesenian Lenong, yang merupakan lakonan yang bertujuan untuk menghibur masyarakat. Bahkan dalam suatu dialog dengan anak buahnya membahas tentang rencana perampokan dan mendatangi kediaman si Tuan Tanah, musik mengalun dan sang Mandor pun ikut bergoyang menikmati irama musik. Ketika musik selesai mengalun, sang Mandor berdialog dengan salah satu pemain musik, sebut saja namanya IJAN.

Mandor           : Jan.. busehh.. hebat juga lu Jan..
Ijan                  : Hebat ya..
Mandor           : Iya.. Lu kemari naek apa Jan ?
Ijan                  : Naek Angkot...
Mandor           : Naek angkot ? Besok lu ikut gua ya, jangan naek angkot.
Ijan                  : Ohh.. Naek motor ?
Mandor           : Jangan naek motor, ntar nabrak.
Ijan                  : Kalo gitu naek mubil ?
Mandor           : Mubil lagi, bedempel (berhimpit-himpitan).
Ijan                  : Abis, naek apa dong bang Mandor ?
Mandor           : Naek pengki gua seret..
Ijan                  : Buseh..
Mandor           : Kalo naek pengki kaga ada nabraknya.

Adegan berganti ke setting yang lain dan layar diganti dengan layar yang bergambar sesuai dengan adegan yang akan ditampilkan, sambil diirigi alunan lagu gambang kromong. Layar bergambar ini berfungsi sebagai gambar latar yang disesuaikan dengan adegan yang ditampilkan saat itu. Misalkan ketika adegan yang tampil adalah orang kampung yang miskin, maka latar belakangnya adalah persawahan atau gubuk reyot dan pepohonan. Sehingga suasananya benar-benar seperti di kampung. Para pemainnya pun berdandan dan berpenampilan serta bergaya layaknya orang kampung yang miskin dan melarat. Atau ketika saatnya adegan yang menceritakan kehidupan orang kaya. Latar yang ditampilkan adalah gambar sebuah bangunan rumah gedong. Dan pemain yang tampil dalam adegan tersebut adalah biasanya diawali seorang pembantu. Kemudian, barulah sang majikan yang keluar. Dengan berpakaian parlente, berdasi dan berjas. Dengan gaya bahasa yang formal. Sang majikan ini biasanya punya seorang pengawal pribadi atau masyarakat Betawi menyebutnya Centeng. Dengan berpakaian layaknya pendekar, namun masih ada kesan rapi dan berwibawa ketimbang para perampok-perampok yang disebutkan di atas. Centeng ini juga memiliki kemampuan bela diri yang mumpuni. Makanya dia dipakai jasanya sebagai pengawal pribadi dari orang kaya. Orang kaya disini merupakan orang kaya sekampung. Bukan Tuan Tanah, namun hanya rakyat biasa. Hanya saja memiliki harta benda yang lebih daripada para tetangganya.
(Saidi Ahmad : Betawi, 28 Mei 2012)

Selasa, 22 Mei 2012

Roti Buaya Sebagai Lambang Kesetiaan


Roti Buaya Kembang Kelapa
Di Betawi buat arak-arakan
Biar kata ilmu gua belom seberapa
Tapi kalo udah bekelai, ucus lu gua keja berantakan..

Pantun di atas sering saya dengar dalam banyak kesempatan menyaksikan pertunjukan Palang Pintu. Dalam pantun di atas menunjukkan kerendahan hati sang penutur pantun. Dia mengakui kalau ilmunya belum seberapa alias masih sedikit. Tapi dia yakin kalo sudah berkelahi, dia mampu membuat usus lawannya berantakan. Ganas dan sadis sekali. Namun, itu semua hanya sandiwara belaka. Karena pantun-pantun dalam acara Palang Pintu memang kebanyakan seperti itu. Pantun jagoan. Yang bertujuan untuk menjatuhkan mental lawannya. Karena dengan berkata seperti itu, dia akan dianggap sebagai pendekar yang hebat. Dalam acara Palang Pintu, pihak Pengantin Lelaki membawa pendekar yang dipersiapkan untuk membuka Palang Pintu yang merupakan pendekar juga yang memang sudah dipersiapkan oleh pihak Pengantin Perempuan. Dan sudah bisa dipastikan kalau hasilnya adalah kemenangan bagi pendekar dari pihak lelaki. Karena kalau pendekar dari pihak perempuan yang menang, maka pernikahannya tidak jadi terlaksana, karena pihak laki-laki harus bisa masuk dan melewati rintangan dari Palang Pintu tersebut.

Sebelum rombongan besan lelaki bergerak menuju lokasi pernikahan, pihak pengantin laki-laki melakukan beberapa persiapan. Mulai dari mengumpulkan rombongan besan. Hingga mengumpulkan bingkisan-bingkisan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari, untuk dibawakan dan diserahkan ke pihak perempuan. Di antara bingkisan itu ada sepasang sosok binatang buas yang biasanya ditakuti oleh manusia karena kebuasannya. Binatang tersebut adalah sepasang Buaya seukuran hampir 1 meter dengan seekor anak buaya disampingnya. Namun, kali ini binatang terebut tidak tampak kebuasannya, karena dia diikat dengan pita berwarna dan dibungkus dengan plastik bening dan dihias sedemikian rupa sehingga tampak cantik dan menarik. Kesan buas yang biasanya jadi image pada binatang tersebut seakan-akan sirna dan tergantikan oleh kesan menarik. 

Buaya tersebut bukanlah buaya sungguhan, tetapi roti buaya. Ya, roti yang dibentuk menyerupai buaya. Sepasang roti buaya dengan masing-masing didampingi oleh seekor anaknya. Roti buaya sengaja dianggap penting keberadaannya oleh masyarakat Betawi dalam acara tersebut. Acara seserahan yang dilakukan pihak lelaki kepada pihak perempuan. Bagi masyarakat Betawi, acara seserahan tanpa menyertakan Roti Buaya dianggap kurang afdhol. Sehingga, jika ada suatu acara seserahan dan rombongan besan membawa Roti Buaya, orang-orang pasti tahu kalau rombongan tersebut adalah masyarakat Betawi. Karena Roti Buaya sangat identik dengan pengantin Betawi.

Bagi kebanyakan masyarakat Betawi sendiri, Roti Buaya memiliki makna kesetiaan. Menurut informasi yang saya terima dari orang tua dulu, buaya jantan hanya kawin dengan 1 betina saja. Berbeda dengan burung merpati yang di setiap pernikahan orang-orang bule, sering dijadikan binatang ”pelengkap” dalam perayaan pernikahan. Berbeda lagi dengan buaya darat. Buaya darat merupakan julukan yang disematkan oleh masyarakat kepada lelaki yang memiliki kegemaran gonta-ganti pasangan. Roti buaya sendiri mengambil makna dari buaya asli yang selalu setia dengan pasangannya. Kalau tidak percaya, coba deh ditanyakan langsung ke buayanya. Hehehehe.. Jadi, bedakan ya antara Buaya Darat dengan Roti Buaya.

Saya teringat dengan acara pernikahan saya dulu. Saya yang merupakan putra Betawi dan tinggal di Rawa Buaya – Cengkareng, menikah dengan seorang gadis asal Jepara, Jawa Tengah. Pada saat pesta pernikahan kami, saudara dari istri saya datang dari Jepara ke Jakarta untuk mengikuti resespsi dan akad nikah kami. Ketika akad nikah, saya dan rombongan besan membawa berbagai macam bingkisan seperti halnya orang Betawi pada umumnya yang biasa disebut dengan Seserahan. Tidak ketinggalan pula sepasang roti buaya dengan seekor anak buayanya yang sudah dihias  sedemikian rupa supaya terlihat cantik dan menarik. Setelah pesta pernikahan selesai, roti buaya dibagikan ke tetangga. Tersisa tinggal 1 ekor roti buaya saja yang masih terbungkus rapi. Walhasil, roti buaya tsb dibawa oleh saudara-saudara pulang ke Jepara. Untuk dibagi-bagikan juga ke tetangga. Karena roti buaya sudah identik dengan masyarakat Jakarta. Roti Buaya tersebut dibawa tanpa dipotong-potong dulu, tetapi hanya dibungkus kertas koran saja, supaya tidak terlalu kelihatan kalau itu adalah roti buaya.

Jumat, 27 April 2012

MUDIK LEBARAN 2011 (Part 1) : Nikmatnya Rajungan


Bagi masyarakat Jakarta, setiap perayaan Hari Raya Idul Fitri atau biasa disebut dengan Lebaran sangat identik dengan yang namanya Mudik atau pulang kampung. Kegiatan mudik ini dilakukan oleh orang-orang pendatang yang tinggal dan bekerja di Jakarta. Mereka berbondong-bondong pergi meninggalkan kota Jakarta untuk menuju kampung halaman masing-masing. Ada yang pulang kampung ke daerah yang masih di Pulau Jawa, ada yang ke luar Pulau Jawa, bahkan ada yang sampai ke luar negeri. Ada yang menumpang Pesawat Terbang, Kapal Laut, Kereta Api, Bus, Sepeda Motor, bahkan ada yang mengendarai Bajaj. Bermacam-macam arah tujuannya dan angkutan yang digunakan. Namun dengan 1 tujuan yang sama, yaitu merayakan Hari Raya Lebaran di kampung halaman bersama keluarga dan sanak family. Bagi mereka kurang afdhol rasanya berlebaran tidak bersama keluarga dan orang tua.



Tidak terkecuali dengan para tetangga di sekitar rumah saya. Beberapa hari menjelang Lebaran, mereka sudah meninggalkan rumah mereka di Jakarta satu-persatu. Yang ada di Jakarta ketika Lebaran tiba adalah suasana menjadi lengang dan sepi. Jakarta yang setiap harinya selalu sibuk, macet di setiap jalan-jalannya. Ketika Lebaran tiba, berubah seolah-olah menjadi kota mati. Bahkan saya yang biasanya menempuh perjalanan berangkat dan pulang kerja paling cepat membutuhkan waktu 1 jam, pada saat-saat menjelang dan setelah Lebaran beberapa hari, hanya membutuhkan waktu paling lama setengah jam saja. Luar biasa. Jalan-jalan raya lengang dan sepi. Seolah-olah hanya saya saja yang masih ada di Jakarta. Maklumlah, saya kan kelahiran Jakarta dan asli anak Jakarta atau anak Betawi asli. Lahir dan besar di Jakarta. Dengan Bapak dan Ibu yang juga lahir di Jakarta. Bahkan semua kakek dan nenek saya juga lahir di Jakarta. Sehingga saya pun bisa dibilang putra Betawi asli.

Saya mencoba mengenang beberapa peristiwa dulu ketika saya masih kecil. Saat itu ketika masih tinggal di bilangan Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Karena kami sekeluarga asli dari Kedoya. Dekat dengan Pondok Pesantren Asshidiqiyah. Dulu, ketika lebaran menjelang, banyak tetangga-tetangga yang berangkat untuk mudik lebaran. Tak terkecuali dengan para teman-teman masa kecil dulu. Mereka ikut orang tua mereka berangkat menuju kampung halaman mereka. Ada yang orang Jawa, orang Sunda, bahkan ada yang orang Ambon. Dalam benak saya ketika itu, mereka sungguh beruntung punya kampung halaman. Setidaknya setiap tahun, yaitu setiap Lebaran tiba mereka bisa jalan-jalan ke kampung halaman. Melihat pemandangan selama perjalanan, tinggal di desa dengan suasana yang masih asri. Udaranya sejuk. Bisa melihat gunung-gunung dan lautan. Oh.. betapa indahnya. Kala itu saya belum punya pemikiran bagaimana capek dan lelahnya orang-orang yang Mudik. Bahkan sampai mempertaruhkan nyawa demi mencium tangan atau memeluk orang tua mereka di Hari Raya seraya memohon maaf  kepada orang tua yang mereka anggap keramat. Mereka berkeyakinan, kesuksesan yang mereka miliki saat ini tidak lepas dari do’a orang tua mereka nun jauh disana. Saat itu saya hanya membayangkan kalau mudik itu adalah jalan-jalan, rekreasi atau semacamnya yang menyenangkan.

Sehingga akhirnya saya diberi kesempatan untuk merasakan sendiri rasanya mudik yang sesungguhnya. Ketika kakak saya (perempuan) menikah dengan seorang lelaki asal Garut, Jawa Barat. Hampir setiap tahunnya saya diajak ”pulang kampung” olehnya. Pertama kali ke Garut dengan menumpang bis. Sehingga nuansa rekreasi yang saya dapatkan kurang memuaskan. Karena selain tidak bisa menikmati pemandangan di lokasi-lokasi wisata selama perjalanan, juga di sana (Garut) saya tidak bisa leluasa jalan-jalan menyusuri kota Garut yang sejuk. Namun, pada kunjungan berikutnya, saya diajak berkendara sepeda motor berdua. Dengan bersepeda motor ini, saya mendapatkan nuansa cukup memuaskan --juga melelahkan--. Misalnya kita beristirahat di Puncak Pass. Memandangi perkebunan teh dan gunung-gunung sambil menghirup udara pegunungan yang segar. Dan ketika di Garut, saya diajak berkeliling dengan sepeda motor menyusuri kota Garut yang indah dan sejuk. Banyak gunung di sana. Sawah-sawah. Enak sekali dipandangnya. Ahh... nikmatnya. Walaupun dalam perjalanan sempat mengalami macet, setidaknya efek kemacetan yang saya rasakan jadi berkurang. Hampir setiap tahun kami berangkat dengan hanya berkendara sepeda motor saja.

Terakhir kali ikutan mudik ketika Lebaran tahun 2011 yang lalu. Ketika itu, kami mudik ke Jepara, Jawa Tengah. Lebih jauh dari Garut. Kali ini tidak dengan kakak ipar dan tidak mengendarai sepeda motor. Tapi dengan istri dan mertua sekeluarga. Dengan mengendarai mobil Isuzu Panther dan menyewa supir. Istri saya kelahiran Jepara, Jawa Tengah. Hanya saja besarnya di Jakarta. Jepara yang lebih dikenal sebagai kota ukir. Kota kelahiran pahlawan nasional R.A. Kartini. Pahlawan bagi kaum perempuan Indonesia. Yang katanya memperjuangkan emansipasi perempuan. Yang makna emansipasi itu sendiri sudah banyak dipelintirkan oleh sekelompok orang demi kepentingan mereka sendiri. Pahlawan yang terkenal dengan kalimat ”Habis Gelap Terbitlah Terang”. Yang setiap tahunnya dirayakan senasional sebagai Hari Kartini setiap tanggal 21 April.

Kami berangkat Sabtu malam tanggal 27 Agustus 2011, sekitar jam 10 an dari Jakarta. Dan baru tiba di Jepara hari Senin dini hari jam 3 an pas makan sahur. Jadi, menempuh perjalanan selama sekitar 29 jam-an. Dari waktu normal Jakarta – Jepara yang hanya 12 jam saja dengan menumpang bis malam. Ya iyalah, membandingkan dengan bis malam di hari-hari biasa. Tahu sendiri kan kalo bis malam itu tidak ada yang jalan. Semua pada lari. Hehehe.. alias bis malam itu kalau di jalan raya cepat sekali jalannya. Hari Minggunya makan sahur di daerah pertigaan Nagrek. Karena kondisi jalan padat merayap, jam 4-an kami baru tiba di Nagrek. Hawa dingin terasa sekali menusuk tulang. Makan sahur sambil istirahat sejenak. Kami sengaja lewat jalur Nagrek atau jalur selatan, karena di jalur Utara pastinya akan lebih parah kemacetannya. Bahkan kami sempat mengalami antrian di jalan tol. Tepatnya kepadatan terjadi di arah menuju Subang yang merupakan jalur Pantura. Kami ambil jalan lurus dan keluar di pintu Tol Cileunyi. Putar balik ke kana lewat jalur Nagrek. Selepas makan sahur yang hanya beberapa menit saja, kami melanjutkan perjalanan sambil mencari masjid untuk sholat subuh. Selesai Sholat Subuh, melanjutkan kembali perjalanan. Kondisi jalan masih padat merayap sampai ke Ciamis. Kami lewat jalur Selatan dan masuk Pantura melalui Slawi dan keluar di Tegal. Alhamdulillah jalur Pantura dari Tegal ke Jepara tidak ada kemacetan yang berarti. Lancar-lancar saja.

Setiba di Jepara hari senin sekitar jam 3 dini hari atau pas waktu makan sahur. Tak disangka kami sudah ditunggu-tunggu kedatangannya oleh keluarga yang di Jepara. Setibanya di rumah, kami disuguhkan masakan Sea Food. Yaitu Rajungan kuah kuning. Asal tahu saja, rajungan merupakan salah satu makanan favorit ketika kecil. Namun, keberadaannya kini sudah jarang sekali. Jarang ada tukang ikan di pasar yang menjajakan rajungan. Kami makan dengan lahapnya. Alhamdulillah. Bagi saya, makan dengan lauk rajungan memiliki cerita sendiri. Yaitu ketika kecil dan belum sekolah, setiap pagi selalu lewat tukang ikan yang berjualan keliling dengan sepedanya. Kami biasa memanggilnya Bang Samin. Pada suatu hari, seperti biasa Bang Samin berhenti di depan rumah. Saya yang pertama kali melihat rajungan, belum kenal apa namanya. Saya hanya menyebutnya dengan sebutan binatang. Kemudian saya memanggil emak (Ibu) saya. “Mak.. beliin binatang dong mak... “. Emak saya bingung, binatang apa yang saya maksud. Ketika saya tunjukkan, barulah beliau tahu binatang apa yang membuat saya sedikit memaksa untuk dibelikan. “Ini namanya rajungan, bukan binatang” begitu penjelasan emak saya. Besok-besoknya, setiap Bang Samin datang dengan membawa rajungan, pastinya saya minta emak untuk membelikan. Emak juga sudah memesan ke Bang Samin, kalo bawa rajungan, tolong disisakan buat saya. Jadinya, setiap kali Bang Samin bawa rajungan, dia pasti memanggil saya “Edy, ada binatang nih Ed.. Mao kaga ?” Jawabannya pasti mau.

Kamis, 29 Maret 2012

DRAMA PALANG PINTU BETAWI


 sebuah adat pernikahan di tanah Betawi.


Salah satu kebudayaan Betawi yang sampai saat ini masih sering kita jumpai di pelosok-pelosok ibukota, terutama pada saat hajatan pesta pernikahan masyarakat Betawi. Palang Pintu Betawi merupakan salah satu budaya warisan leluhur yang dahulu kala tujuannya adalah untuk menunjukkan kalau anak Betawi itu adalah manusia yang memiliki ilmu beladiri yang mumpuni. Selain itu juga anak Betawi pandai dalam ilmu agama, dalam hal ini mengaji. Maka, dalam suatu pertunjukan Palang Pintu Betawi pastinya kedua belah pihak yaitu pihak mempelai wanita dan mempelai laki-laki saling adu keterampilan dalam hal ilmu beladiri yang biasa disebut Silat.


Bermula dari iring-iringan besan calon pengantin laki-laki menuju rumah calon pengantin perempuan. Di antara rombongan besan calon mempelai laki-laki ada tim hadroh/marawis yang menyenandungkan sholawat dengan alat musik pukul. Dan juga ada orang yang berpenampilan layaknya pendekar Betawi. Mereka inilah biasa disebut Jago yang nantinya bertugas untuk membuka Palang Pintu yang dipersiapkan calon mempelai perempuan.

Sedangkan di pihak mempelai perempuan sudah menunggu rombongan penerima tamu dan juga pastinya ada orang-orang yang berpenampilan layaknya pendekar Betawi. Mereka inilah yang biasa disebut dengan Palang Pintu. Untuk calon mempelai laki-laki, jika ingin menikahi calon mempelai perempuan, harus melewati mereka dulu dengan cara berkelahi atau adu keterampilan dalam ilmu Silat. Itulah syarat pertamanya. Jika syarat pertama ini sudah dipenuhi, maka calon mempelai laki-laki masih harus melalui syarat yang kedua. Yaitu menunjukkan keterampilannya dalam hal mengaji atau membaca Al Quran atau bersholawat yang biasa disebut dengan Sholawat Sikeh. Jika kedua syarat ini bisa dipenuhi, maka calon mempelai laki-laki dipersilakan untuk masuk ke rumah calon mempelai perempuan untuk menikahi sang pujaan hati.

Berikut adalah contoh skenario dalam pertunjukkan Palang Pintu Betawi. Ada beberapa pantun di bawah, penulis ambil dari berbagai sumber dan sebagian lainnya merupakan karangan penulis sendiri. Hal ini semata-mata karena harapan penulis agar salah satu Buadaya Betawi ini dapat semakin berkembang.

Jadi, selamat membaca.
 Rombongan Penganten Laki-laki berjalan menuju lokasi akad nikah sambil diiringin sholawatan dari tim Marawis/ Hadroh..

Tim Hadroh/ Marawis : Tholaal badru alaina.. minsaniyyaatil wada.. wajaba syukru alaina madaalillahidaa...

P. Pintu : Wooyy !!! Berenti !!! berenti bang berenti !!! Budeg apa luh pada ??
Ini ada apa ini gumbrang gambreng berisik aja luh disini... Apa luh pada kaga tau kalo majikan gua lagi punya hajat ?!!!

Besan : (sambil berenti) Emang kita pada mao kesitu bang... Mao nengokin calon mantu...

P. Pintu : Ehh bang... Naek mobil lewat kampung Setu... Nyayur labu parang bumbunya terasi.. Kalo mao ambil calon menantu... Liwat kampungan orang kudu permisi..

Besan : Oh jadi liwat sini kudu misi bang..???

P. Pintu : Lha iya.. emang luh kaga liat ada gua disini ??

Besan : Sebelonnya saya ucapin assalamualaikum bang..

P. Pintu : Waalaikum salam gua sautin...

Besan : bang.. Kalo sayur labu parang bumbunya terasi... jangan dibungkus dalem selampe.. Saya tau bang kalo mao liwat kampung orang kudu permisi.. Nyang saya kaga tau, emang abang ini siape ??

P. Pintu : Jiaahhh.. dia belon tau siapa kita ?? (ngomong sama temennya)...

P. Pintu 1 : Kasih tau dah bang... siapa kite..

P. Pintu : Bang... Beli tahu di pasar kote... makan gado-gado di Cikini...
kalo emang luh pengen tau siapa kite.. Kite ini jago kampung sini...

Besan : Ohh... abang jago kampung sini ?? kalo gitu bang... Nyok dah kita makan sekuteng di pasar jumat... Pulangnye mampir dulu ke Pinang Ranti... Saye ama rombongan dateng dengan segala hormat... Mohon diterime dengan senang ati...
P. Pintu : Oh.. rupanya lu dateng kemari udah ada niatan ??

Besan : Dari bedug subuh ampe bedug robek bang....

P. Pintu : Ehh buseehh.. tepoh amat bedug luh... Begini bang ye... Kalo belanja di pasar Kemiri.. jangan lupa beli bumbu masaknye.. Kalo luh udah pada niat dateng kemari.. Coba, gua pengen tau apa hajatnye...

Besan : Lhah... lah... emang belon dikasih tau bang ?

P. Pintu : belon... baru tempe doangan inih ama cabe rawit...

Besan : (nanya ke penganten).. bang, emang belon dikasih tau ke tuan rumehnye ?

Penganten laki : Udeh bang...

Besan : Bang,, ada siang ada malem .. ada bulan ada matahari.. kalo bukan lantaran perawan nyang di dalem.. kaga bakalan nih penganten laki saya anterin kemari...

P. Pintu : Ohh jadi luh dateng kemari lantaran perawan nyang di dalem.. Luh tau ajah disini ada perawannye...

Besan : bang,.. perawan sini mana sih nyang kaga kenal ama saya ???

P. Pintu : Ohh.. rupanya luh disini udah dikenal ama perawan2 sini ya ?

Besan : Kalo belon kenal ama saya, buruan dah kenalan, mumpung saya disini nih…

P. Pintu : Jiahh… kalih gua kata lu udah dikenal disini... Bang... Kaga salah lu nanem ari-ari... Tapi sayang kaga ada lampunye.. Emang kaga salah lu udah dateng kemari... tapi sayang tuh perawan udah ada nyang punye...

Besan : (nanya ke rombongan besan).. Kita kemari dia udah ada nyang punye ?? Terusin kaga nih ??

R. Besan : Terusin dah bang, terusin.. tanggung...

Besan : Bang asal lu tau aja ya... Crukcuk kuburan Cine... Kuburan Islam gua nyang ngajiin... Biar kata tuh perawan udah ada nyang punye... Tetep aja kita mao jadiin...

P. Pintu : Bang gua bilangin ya.. mendingan lu pergi ke Cikini dari pada lu pergi ke Senayan,,, ehh mendingan lu angkat kaki dari sini dari pada hajat lu kaga kesampean....

Besan : Waduuhhh.. ngusir lagi dia... Bang, Ibarat kata baju kepalang basah.. masak nasinye udah jadi bubur.. Ehh biar kata mati bekalang tanah.. Pantang bang kaga bakalan saya mundur...

P. Pintu : Jadi luh kaga mao mundur ??

Besan : Pegimana mao mundur di belakang gua rombongan besan...

P. Pintu : Ikan sapu-sapu mati ditusuk.. Dalem kuali kudu masaknye... Nih palang pintu kaga ijinin lu masuk.. Kecuali lu penuhin dulu persyaratannye..

Besan : Ohh, jadi kalo dapet perawan sini ada syaratnye bang..

P. Pintu : Ada.. mao jadi pelayan aja ada syaratnye... apelagi mao ambil anak perawan orang...

Besan : Bang.. ke Tenabang membeli limo.. jangan lupa sambel kecapnye... Kalo itu nyang abang mao.. sebutin dah bang syarat-syaratnye...

P. Pintu : Lu pengen tau syaratnye ?? Nih lu dengerin... Kuda lumping dari Tangerang, kedipin mata nyari menantu... Luh pada pasang kuping biar terang... Nih luh jatoin dulu gua punya palang pintu...

Besan : Ya udah, abang diem-diem, biar gampang saya jatoin... (sambil nyamperin palang pintunye, terus ngejatoin)

P. Pintu : jiahh ilahh... bukan begitu maksudnyah... Maksud guah, lu bekelai ama gua punya jago...

Besan : Ohh... bekelai maksudnya bang ??

P. Pintu : iya....

Besan : Bang.. kalo kedipin mata mo cari menantu... lu kudu cerita biar orang pada tau... Eh bang.. jangan kata palang pintu.. Palang kereta gua bejek jadi tahu...

P. Pintu : (ngomong ke temennye) Ehh busehh.. sakti ini orang bang ya... palang kereta dijadiin tahu... Buka bang.. kasih liat ke dia, kita punya maenan..

P. Pintu 1 : Bang.. beli gado-gado di bambu apus.. naek sepeda lurus jalannye.. Berapa banyak jago yang udah gua bikin mampus... ini dia bang jurus pukulannye... (Ngeluarin jurus-jurusnye...)

P. Pintu 1 : (usai unjuk permaenan)... ini baru daonnye, belom buahnye...

P. Pintu : Pegimana bang ?? kalo luh takut mendingan luh pulang...

Besan : Eiittt… Ntar dulu bang… Kalo kuda lumping nyari menantu.. Jangan lupa senyum simpulnya... Kalo abang punya palang pintu... Nih udah kita siapin tukang pukulnya... (ngomong ama Jago 1) Unjukin bang, biar dia pada jiper ngadepin kita...

Jago 1 : Bang.. Jalan-jalan ke Tanjung Pasir.. Naek kuda jalannya pelan… Ehh mendingan lu pada minggir… Sebelon kena gua punya pukulan… (keluarin jurusnya..) Tuh bang… kalo lu daonnye… ini gua kembangnye..


P. Pintu : (setelah Jago 1 keluarin jurusnya).. Bang.. Daon pepaya rasanye basi... Jangan dibuang ke pinggir kali.. Maenan sodara kayak kelenci.. mendingan pulang nikahin banci...

Jago 1 : Bang,,, Perahu layar jalannye lurus... sampe tenabang jalannye muter.. Waktu saya ngeluarin jurus.. Temen abang ngapa badannya gemeter... (sambil nunjuk P. Pintu 1).

P. Pintu 1 : Ehh.. bang.. Burung puter mati di lobang... dikuburnye di samping gudang... Gua gemeter bukan karena abang... Gua gemeter lantaran banyak perawan nyang pada mandang....

Jago 1 : Cuiihhh... eh Bang.. Cilincing pagernye tembok... emping ninjo kayak duit gobangan... Ehh lu kencing kaga cebok… Laler ijo pada kondangan..

P. Pintu 1 : Cilincing emang pagernya tembok.. Orang baru gua kelarin... Lu liat gua kencing kaga cebok... Lantaran baba luh yang ngajarin..

Jago 1 : Lu jangan bawa-bawa baba gua... kita berantem ajah dah..

P. Pintu 1 : Jadi lu ngajakin gua bekelai ?? bek kalo gitu, gua kepengen tau sampe dimana lu punya maenan ??

 Akhirnya mereka berdua (P.Pintu 1 dan Jago 1) saling bekelai. Dan pada pertandingan itu dimenangkan oleh Jago 1 dari pihak besan laki-laki.

P. Pintu : (ngomong ama P. Pintu 1), Ahh... payah lu ah... ama dia ajah bisa kalah.. Kapan semalem badan lu udah diisi...

P. Pintu 1 : Ama jimat bang ??

P. Pintu : Lha itu nasi sebakul, semalem siapa yang ngabisin ???

P. Pintu 1 : Diem-diem ajah ngapah bang.. jangan disebut2, jadi malu gua...

Besan : (ngomong ama penganten lelaki).. Tenang aja bang... lu bakal jadi kawin bang... (ngomong ama P. Pintu).. Bang, masing ade jagoan lu ??

P. Pintu : masing banyak bang.. ntar kalo abis, gua pake palang kereta..

Besan : ehh buseh.. palang kereta..

P. Pintu : Nih dia bang jago saya atu lagi...(mbari nunjuk P. Pintu 2) Asal tau aja bang, jurus dia jurus Cikuya.. Pagi makan sorenye kaga.. Ehh abang bole percaya bole kaga... Dia matiin orang sehari tiga..

Besan : Orang beneran bang ??

P. Pintu : Orang-orangan sawah...

P. Pintu 2 : Bang,, Kalo jalan ke Senayan... Ati-ati jalannya licin... Daripada hajat lu kaga kesampean.. lu pilih mati apa lu batalin ??

Jago 1 : Enak aja maen dibatalin.. gua udah jauh2 ari besiap2 maen dibatalin aja.. Bang.. Atasnya pisang dibawahnye jantung... mentah-mentah saya kelapain... biar kata nih pala kena kemplang kena pentung... Urusan Dia gua belain.. (sambil nunjuk penganten laki)...

P. Pintu 2 : Bang.. Tung-tung alang-alang.. Alang-alang empanan kude.. Gua kata mendingan lu pulang bang... Dari pada bini lu jadi jande...

Jago 1 : Tang Tang Gulintang.... Awan di atas bulan berkawan bintang... Abang kalo punya mulut jangan suka menantang.. ntar gua tendang jatoh celentang, gua masupin ke kurung batang...

P. Pintu 2 : Ehh bang.. mana kulon mana wetan.. rumah panggung biliknye papan... Orang-orang pada keringetan.. lantaran mayat geletak gua punya kekuatan...

Jago 1 : Di atas gonggo.. Di bawah gonggo... Ada gonggo item jangan dimatiin... Di situ jago... nih ketemu jago... Nyok kita berantem buat buktiin...

P. Pintu 2 : Ciaattttt....

 Akhirnya Jago 1 dari pihak lelaki bekelai ngelawan P. Pintu 2 dari Pihak perempuan.. Dan dalam pertandingan kali ini, dimenangkan oleh P. Pintu 2.
 Jadi sekarang posisinye 1 : 1



P. Pintu : Lu tetep bekeras pengen masuk bang ?

Besan : Iya bang.. pantang mundur... bang.. Daon kelor enak dimakan.. apa lagi dicampur ama ikan peda... Ama pelor aja dia udah kaga mempan... Kecuali di goda janda...

P. Pintu : Ilok jagoan kalahnya ama janda....

Besan : (ngomong ama Jago 2).. Maju bang, lu adepin tuh Palang Pintu...

Jago 2 : (ngomong ama Besan) Iya bang.. abang diem-diem aja disini...
(ngomong ama P. Pintu) Bang.. Uler sawah uler beludak.. nyusurin jalan di tanah licin... Kalo gua udah bertindak.. Ntar nasi prasmanan bisa gua abisin...

P. Pintu : Besan kemaruk...

Besan : (ngomong ama Jago 2) Lu bikin malu ajah.. Masa lu mao abisin sendiri..

P. Pintu 2 : Bang,., Blarak kayu jati.. Blaraknya dari Ciapus.. begerak lu mati.. kaga begerak lu mampus...

Jago 2 : Kancil berlari di pinggir Setu... Ambil gala terus tancepin... Sendiri jatoin palang pintu.. Nih orang yang belon pernah kalah bakal ngadepin..

P. Pintu 2 : Bang... Palmereh banyak Cinenye.. Rawa Belong banyak Betawinye... Ehh baju mereh gua gak kenal namenye.. Begerak dikit bolong lu pipinye...

Jago 2 : Bang.. nih lu kenalin.. nama gua Rojali.. Orangnya item matanye jeli.. Ini ari musuh gua kaga cari.. kalo udah berantem, pantangan buat lari...

P. Pintu : Lu kaga mo lari juge ??

Jago 2 : Pegimana mo lari.. ada rombongan bego...

P. Pintu 3 : Bang,, Tung-tung alang-alang... alang-alang makanan sapi... Kalo emang lu kaga mao pulang.. berati lu udah siap bakalan mati...

Jago 2 : Bang,.. Roti Buaya kembang kelapa di Betawi buat arak-arakan... Eh biar kata ilmu gua belom seberapa.. kalo udah kena bekelai, ucus lu gua keja berantakan...

P. Pintu 3 : Bang.. kalo kata orang sini ya.. Maaf-maafan bukan cuman Lebaran.. Kalo perlu tiap ari asal penuh kesadaran.. Kalah menang kaga jadi ukuran.. Nyang penting kita jalin persodaraan...

Jago 2 : Gua demen begini.. (sambil julurin tangan buat salaman)...

P. Pintu 3 : Kaga pake bekelai kite.. (sambil nyambut salaman)... (tiba-tiba)... Ciaaattt..... (ternyata cuman boongan aja...)

Jago 2 : Wahh... Jagoan tukang boong...

 Akhirnya P. Pintu 2 dan P. Pintu 3 dari pihak Perempuan bekelai ngeroyok Jago 2 dari pihak Lelaki. Di tengah perkelahian, mereka adu pantun kembali....

Jago 2 : Bang... Ke Glodok beli menjangan... Jangan lupa bawain gua ikan tongkol... Dari pada itu golok bakal pajangan.. mending lu kasih si Udin buat ngupasin jengkol..

P. Pintu 2 : (sambil ngeluarin golok)... Asal lu tau aja bang.. Ini golok gua satu-satunya dari Cibatu... Dibikinnya di bulan Maulud tanggal satu... Lu di depan gua jangan belagu.. Ntar gua tenggel pala lu buat ganjelan pintu.

P. Pintu 3 : (Nanya ke Jago 2)... Lha, lu sendiri itu golok ngapa kaga lu keluarin bang ?

Jago 2 : Asal lu tau aja bang... Tadi ada orang Jawa minta dianterin ke Glodok... Mao beli keran yang rada panjangan... Ehh.. kalo gua udah keluarin ini golok... Tujuh kelurahan pada kemalingan...

Besan : Asal jangan abis mantun ntar lu di bawa ke Polsek...

 Mereka bekelai kembali dengan sengit sambil menggunakan senjata mereka yaitu GOLOK...
 Dan... pertandingan kali dimenangkan dengan susah payah oleh Jago 2 dari pihak lelaki...

Besan : Pegimana bang... ? Jagoan abang udah pada koit bang.. apa rombongan saye udah bole masup ??

P. Pintu : Ntar dulu bang.... Manisan Cerme jangan diabisin... makan nasi di atas bale.. Syarat pertame udah abang penuhin... Tapi masih ada syarat nyang kedue..

Besan : Masih ada lagi bang syaratnye ? Sebutin dah bang....

P. Pintu : Bang.. Tukang sekuteng dagangnya malem.. Jalannye muter ke pasar Kranji... Saye minte abang kaga cuman jago berantem.. tapi saya pengen denger abang pada ngaji...

Besan : Cuman itu bang syaratnye ?

P. Pintu : Kalo itu bisa.. silakan dah masup bang...

Besan : Bang.. Tumbuk ketan jadiin uli.. Ulinye juga kudu ditapein... Betaun-taun anak Betawi belajar ngaji... Nih Sikehnye tulung dengerin...

 Sikeh pun dilantunkan dengan merdu dan jelas...

Besan : Pegimana bang ?? Apa ada lagi syaratnya bang ?

P. Pintu : Udah bang... Silakan dah abang ama rombongan pada masup bang...

Besan : Bang... Siang ari di Gondasari.. kalu malem ada di Munjul.. Ini ari dia mukanye beseri.. Lantaran besok malem dia mao macul...

 Dan... Lagu Sholawat pun dinyanyikan oleh Tim Marawis/ Hadroh mengiringi masuknya penganten Lelaki ke rumah Penganten Perempuan... Dan Drama Palang Pintu pun usai...








Deskripsi :

 Para Jago dari rombongan besan lelaki menggunakan pakean serba merah, khususnya Jago 2 dalam naskah di atas.

 Para Jago dari rombongan palang Pintu pihak Perempuan, menggunakan pakean bebas (selaen merah), kalo bisa warna item.

 Besan (Jubir), Jago 1 dan Jago 2 merupakan dari rombongan pihak Laki-laki. Sedangkan, P. Pintu (Jubir), P. Pintu 1, P. Pintu 2 dan P. Pintu 3 merupakan dari pihak Perempuan.

 akan ditentukan kemudian.