di Pantai Kartini |
Hari-hari di Jepara kami lalui dengan berpuasa,
“menghabiskan” sisa hari di bulan Ramadhan menjelang Lebaran. Walaupun cuaca
saat itu cukup panas (lebih panas dari Jakarta lho), bahkan menurut saudara
istri saya di Jepara jarang sekali turun hujan. Sehingga menambah daftar godaan
selama berpuasa di sana. Tapi Alhamdulillah selama niat kita mantab, sisa hari
puasa di Jepara dapat kami lalui dengan sempurna. Bahkan selama perjalanan
menuju Jepara yang mana di hari Minggunya kami masih di jalan sambil berpuasa,
dapat kami lalui sampai Maghrib tiba. Hari Senin yang merupakan hari pertama
kami di Jepara dan juga H-2 Lebaran, kami lalui dengan beristirahat dan
bermalas-malasan di rumah Bude (Bibi) istri saya. Sambil ngobrol dan bercerita
dengan saudara-saudara dan kerabat di sana. Kami menceritakan segala hal, mulai
dari perjalanan kami ke Jepara yang cukup memakan waktu sampai hal-hal lainnya.
Sehingga waktu sudah sore, menjelang waktu berbuka puasa. Kami berbuka puasa di
rumah saja. Selain dikarenakan waktu Sholat Maghrib yang hanya sebentar saja
---kalau berbuka di luar, khawatir waktunya tidak cukup untuk sholat Maghrib---,
malam itu kalau mengikuti kalender seharusnya sudah malam takbiran yang
keesokannya adalah hari Raya Iedul Fitri 1432 H, namun belum ada keputusan dari
Pemerintah. Maka, kamipun menunggu keputusan Pemerintah dengan bersama-sama
menonton acara sidang Ishbat penentuan akhir Ramadhan di televisi. Sehingga menghasilkan
keputusan kalau Puasa Ramadhan ditambah 1 hari lagi. Berarti hari Lebaran
adalah esok lusa.
Esok sorenya, sambil menunggu waktu berbuka puasa,
kami menyempatkan diri untuk belanja ukir-ukiran khas kota Jepara. Di sebuah
jalan (saya lupa nama jalannya), banyak sekali toko-toko yang menjual
barang-barang ukir-ukiran seperti pot bunga, tempat menyimpan gelas air
mineral, jam dinding, kaligrafi, serta ukir-ukiran hiasan lainnya sampai bufet
dan lemari. Di sana saya hanya membeli sebuah lekar ukir untuk meletakkan Al
Quran ketika kita akan membacanya. Istri saya membeli hiasan sepeda ontel kayu
dan jam dinding kayu model sauh kapal laut. Semua ukir-ukiran itu murni terbuat
dari kayu jati. Sekembalinya dari toko ukiran, kami tidak langsung pulang ke
rumah. Kami diajak sama mas
Tasrif (kakak ipar) untuk melihat-lihat koleksi pohon bonsainya. Dia mengajak
kami ke sebuah kebun yang disana banyak sekali pohon bonsai yang dirawat oleh
beliau dan teman-temannya. Bagus-bagus sekali pohon-pohon koleksinya. Bahkan
ada pohon yang timbuh di atas batu atau batang pohon yang sudah kering, namun
tumbuh ranting kecil hijau dan daun-daun segarnya. Ketika sudah hampir maghrib,
kami segera pulang untuk berbuka puasa di rumah. Sekaligus merayakan malam
takbiran.
Akhirnya malam takbiran pun tiba. Kami keliling
kota Jepara. Katanya, kalau malam takbiran disini ramai, ada pawai, karnaval dari anak-anak sampai orang dewasa.
Ternyata benar. Baru saja kami keluar rumah, dikejutkan dengan suara lantunan
takbir yang menggema. Walaupun sumber suaranya masih jauh, namun gema takbirnya
membahana sampai ke telinga. Dari kejauhan kami melihat nyala api yang berkobar
di ujung obor. Ada hiasan kembang kelapa. Anak-anak yang memainkan bedug sambil
bertakbir. Sungguh pemandangan yang jarang saya temui di ibukota Jakarta. Meriah
sekali suasananya.
ALLOHU AKBAR.. ALLOHU AKBAR..
ALLOHU AKBAR..
LAA ILAAHA ILLALLOHU
ALLOHU AKBAR..
ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAM..
Dari rumah, kami berjalan berkeliling kota Jepara
dan menuju ke alun-alun kota yang berdekatan dengan museum KARTINI. Di sana,
menurut informasi yang saya terima, ada acara Festival Bedug antar Sekolah
Menengah Atas se-Jepara. Wahh... Jadi penasaran. Karena selama ini saya hanya
melihat acara Festival Bedug melalui televisi. Di perjalanan, saya menjumpai
suasana yang tidak asing saya jumpai di Jakarta ketika malam takbiran. Yaitu,
antrean sepeda motor untuk memasuki tempat acara. Penuh sesak dan macet.
Walaupun tidak separah Jakarta, saya kaget juga karena masyarakat Jepara lebih
suka pawai keliling kota menggunakan sepeda motor, sama halnya dengan masyarakat
Jakarta. Kami tiba di alun-alun dan langusng menuju ke depan panggung untuk
lebih menikmati acara. Tak beberapa lama acara dimulai setelah sebelumnya diisi
dengan sambutan oleh para petinggi Kota Jepara. Para pesertanya adalah para
siswa-siswi SMK-SMA se JEPARA. Meriah sekali acara tersebut. Dan penampilan
para pesertanya sungguh luar biasa. Bahkan juga ada acara pesta kembang apinya.
Ramai dan meriah sekali alun-alun Kota Jepara ini, seolah-olah semua masyarakat
Jepara berkumpul di satu tempat ini. Sekitar jam 10 malam, kami memutuskan
untuk pulang, karena besok harus bangun pagi-pagi untuk sholat Ied.
Ketika hari Lebaran tiba, kami sholat Ied di
mesjid terdekat. Seumur-umur, belum pernah yang namanya berlebaran dan Sholat Ied di kampung
orang. Saya selalu merayakan Hari Lebaran dan sholat Ied di Jakarta. Setiap
tahunnya, setelah pulang dari Sholat Ied, saya selalu mencium tangan, mencium
pipi kanan dan kiri seraya memeluk erat tubuh kedua orang tua. Sebagai tanda
hormat dan takzim saya kepada beliau. Sehingga air mata menetes tatkala mengingat kenakalan-kenakalan yang sering
saya lakukan kepada mereka. Pada saat
Sholat Ied, Khotib membacakan khutbah yang cukup membuat saya terharu. Khutbah
tersebut berhasil membuat air mata menetes di pipi. Memang bahasa yang
digunakan ada bahasa Jawanya yang saya tidak mengerti. Namun juga dicampur
dengan bahasa Indonesia, sehingga saya menangkap maksud dari khutbahnya. Intinya
sang Khotib menekankan untuk menghormati kedua orang tua. Hari Lebaran ini
adalah momen yang pas untuk kita saling bermaaf-maafan, terutama kepada orang
tua yang telah berjasa melahirkan dan membesarkan kita. Bahkan orang tua
senantiasa berdo’a untuk semua kebaikan kita. Hal inilah yang membuat kepala
saya tertunduk dan mengenang kembali kenakalan-kenakalan saya kepada mereka.
Saya belum bisa membuat mereka bangga dan bahagia. Sampai saat ini hanya do’a
yang bisa saya panjatkan untuk mereka. Air mata menetes dan membasahi pipi.
Sungguh sebuah pengalaman pertama berlebaran di kampung orang dan jauh dari
orang tua.
Selesai Sholat Ied saya pun kemudian mengambil
Handphone dan mencoba menelepon ke Jakarta. Ternyata Nomor yang saya tuju tidak
diangkat teleponnya. ”Ahh.. Nanti siang-siangan saja. Mungkin sekarang lagi
pada sibuk bersilaturahmi dengan tetangga” pikirku. Nuansa dan suasana Lebaran di Jepara tidak jauh
berbeda dengan di Jakarta. Yang
muda berkeliling mengunjungi yang tua. Meminta maaf dan saling cipika cipiki
bagi kaum wanitanya. Kami yang lelaki cukup berjabat tangan saja. Makanan dan minumannya pun tidak jauh
berbeda dengan yang ada di Jakarta saat ini. Terutama Kacang Gorengnya, sama
saja. Siangnya saya mencoba menelepon kembali ke Jakarta. Yang menerima ibu saya
yang biasa saya panggil dengan sebutan emak. Tanpa sempat berkata-kata, air mata
langsung membasahi pipi. Dengan terbata-bata, saya meminta maaf kepada beliau
dan semuanya. Di ujung telepon, saya mendengar suara serak-serak basah emak
saya yang juga sedang menahan emosinya untuk tidak terlalu larut dalam
tangisan. Alhamdulillah. Hati serasa plong setelah mendengar suara emak. Sungguh
hebat jaman sekarang, walaupun terpisah oleh jarak yang cukup jauh, kita masih
bisa berkomunikasi dengan orang lain. Subhanalloh.
Keesokan harinya yaitu hari Kamis, 01 September
2011 pagi, kami bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Rencananya kami pulang
ke Jakarta hari Rabu. Namun, karena keputusan Pemerintah yang menyatakan bahwa
tanggal 1 Syawal 1432 H atau Hari Raya Iedul Fitri jatuh pada tanggal 31
Agustus 2011, padahal di kalender menunjukkan tanggal 30 Agustus 2011 untuk
Hari Raya Iedul Fitri 1432 H. Sehingga liburan kami jadi bertambah 1 hari. Kami
mengecek kondisi mobil, apakah masih stabil atau ada yang bermasalah.
Alhamdulillah kondisi mobil masih sehat-sehat saja. Sebelum berangkat pulang,
kami sekeluarga besar menyempatkan untuk foto-foto di depan rumah. 3 generasi
berfoto bersama. Mulai dari bude yang paling ”senior” di antara kami, kami
sebagai anak-anaknya, hingga keponakan-keponakan kami. Akhirnya, jam 9 pagi kit
meluncur berangkat menuju Jakarta, setelah berpamitan dengan semuanya. Kami
sengaja mengambil waktu pulang hari itu, karena kami memprediksi kalau saat itu
suasana lalu lintas untuk arus balik masih agak sepi. Karena baru H+1. Alhasil,
sepanjang perjalanan tidak ada kemacetan yang berarti. Perjalanan lancar-lancar
saja. Kami lewat Jalur Pantura, melalui Kudus, Semarang, Pemalang, Pekalongan,
Brebes, Tegal, Cirebon, Indramayu.
Saya duduk di bangku depan samping sopir.
Penumpang yang lain, termasuk istri saya terlelap tidur karena kelelahan di
sepanjang perjalanan. Saya tidak bisa tidur, karena inilah impian saya.
Menikmati perjalanan jauh. Sepanjang perjalanan mata saya memandang kesana
kemari menikmati pemandangan di setiap kota yang kami lewati. Saya juga
bertugas sebagai semacam Navigator bagi sang supir. Supir mengendarai kendaraan
dengan penuh konsentrasi, saya sibuk menajamkan penglihatan saya membaca plang
arah tujuan yang terpasang di setiap perempatan atau lampu merah.
Alhamdulillah, sekitar jam 2 dini hari Jum’at 02 September 2011, kami tiba di
rumah dengan selamat dan utuh tidak kekurangan suatu apapun. Kedatangan kami
rupanya ditunggu-tunggu sama orang tua saya. Mereka tidak bisa tidur menunggu
kedatangan kami. Alhamdulillah kami tiba di Jakarta dengan selamat. Sungguh pengalaman
Mudik yang menyenangkan dan juga melelahkan. Saya baru tahu rasanya mudik yang
sebenarnya.
Sementara
di Lebaran Tahun 2012/ 1433 H ini, sepertinya kami tidak akan kemana-mana. Hal ini dikarenakan kami mempunyai urusan yang lebih penting. Yaitu menyambut
kehadiran calon anggota baru di keluarga kami. Ya.. Insya ALLAH istri saya akan
melahirkan di bulan Agustus yang bertepatan dengan bulan Puasa tahun ini.
Tepatnya Insya ALLAH 1 minggu sebelum Lebaran menurut perhitungan dokter yang
memeriksa kandungan istri saya. Mohon do’anya ya, semoga istri saya dan bayi
yang dikandungnya diberi kesehatan, dilancarkan dan dipermudah persalinannya
nanti. Dan keduanya diberikan keselamatan dan kesehatan serta umur yang
panjang. Semoga kita semua juga senantiasa diberi kesehatan dan umur yang
panjang. Aamiin Allahumma aamiin.
Saidi, Jakarta 27 April 2012
Do you need Personal Loan?
BalasHapusBusiness Cash Loan?
Unsecured Loan
Fast and Simple Loan?
Quick Application Process?
Approvals within 4 Hours?
No Hidden Fees Loan?
Funding in less than 72hrs
Get unsecured working capital?
Email us: fastloanoffer34@gmail.com
Whats-app us on +918929509036