Rabu, 25 Juli 2012

Mudik Lebaran (Part 2) : Sholat Ied 1432 H (2011) di Kampung Orang

di Pantai Kartini


Hari-hari di Jepara kami lalui dengan berpuasa, “menghabiskan” sisa hari di bulan Ramadhan menjelang Lebaran. Walaupun cuaca saat itu cukup panas (lebih panas dari Jakarta lho), bahkan menurut saudara istri saya di Jepara jarang sekali turun hujan. Sehingga menambah daftar godaan selama berpuasa di sana. Tapi Alhamdulillah selama niat kita mantab, sisa hari puasa di Jepara dapat kami lalui dengan sempurna. Bahkan selama perjalanan menuju Jepara yang mana di hari Minggunya kami masih di jalan sambil berpuasa, dapat kami lalui sampai Maghrib tiba. Hari Senin yang merupakan hari pertama kami di Jepara dan juga H-2 Lebaran, kami lalui dengan beristirahat dan bermalas-malasan di rumah Bude (Bibi) istri saya. Sambil ngobrol dan bercerita dengan saudara-saudara dan kerabat di sana. Kami menceritakan segala hal, mulai dari perjalanan kami ke Jepara yang cukup memakan waktu sampai hal-hal lainnya. Sehingga waktu sudah sore, menjelang waktu berbuka puasa. Kami berbuka puasa di rumah saja. Selain dikarenakan waktu Sholat Maghrib yang hanya sebentar saja ---kalau berbuka di luar, khawatir waktunya tidak cukup untuk sholat Maghrib---, malam itu kalau mengikuti kalender seharusnya sudah malam takbiran yang keesokannya adalah hari Raya Iedul Fitri 1432 H, namun belum ada keputusan dari Pemerintah. Maka, kamipun menunggu keputusan Pemerintah dengan bersama-sama menonton acara sidang Ishbat penentuan akhir Ramadhan di televisi. Sehingga menghasilkan keputusan kalau Puasa Ramadhan ditambah 1 hari lagi. Berarti hari Lebaran adalah esok lusa. 
Esok sorenya, sambil menunggu waktu berbuka puasa, kami menyempatkan diri untuk belanja ukir-ukiran khas kota Jepara. Di sebuah jalan (saya lupa nama jalannya), banyak sekali toko-toko yang menjual barang-barang ukir-ukiran seperti pot bunga, tempat menyimpan gelas air mineral, jam dinding, kaligrafi, serta ukir-ukiran hiasan lainnya sampai bufet dan lemari. Di sana saya hanya membeli sebuah lekar ukir untuk meletakkan Al Quran ketika kita akan membacanya. Istri saya membeli hiasan sepeda ontel kayu dan jam dinding kayu model sauh kapal laut. Semua ukir-ukiran itu murni terbuat dari kayu jati. Sekembalinya dari toko ukiran, kami tidak langsung pulang ke rumah. Kami diajak sama mas Tasrif (kakak ipar) untuk melihat-lihat koleksi pohon bonsainya. Dia mengajak kami ke sebuah kebun yang disana banyak sekali pohon bonsai yang dirawat oleh beliau dan teman-temannya. Bagus-bagus sekali pohon-pohon koleksinya. Bahkan ada pohon yang timbuh di atas batu atau batang pohon yang sudah kering, namun tumbuh ranting kecil hijau dan daun-daun segarnya. Ketika sudah hampir maghrib, kami segera pulang untuk berbuka puasa di rumah. Sekaligus merayakan malam takbiran. 


Ukiran Khas Jepara
Akhirnya malam takbiran pun tiba. Kami keliling kota Jepara. Katanya, kalau malam takbiran disini ramai, ada pawai, karnaval dari anak-anak sampai orang dewasa. Ternyata benar. Baru saja kami keluar rumah, dikejutkan dengan suara lantunan takbir yang menggema. Walaupun sumber suaranya masih jauh, namun gema takbirnya membahana sampai ke telinga. Dari kejauhan kami melihat nyala api yang berkobar di ujung obor. Ada hiasan kembang kelapa. Anak-anak yang memainkan bedug sambil bertakbir. Sungguh pemandangan yang jarang saya temui di ibukota Jakarta. Meriah sekali suasananya.

ALLOHU AKBAR.. ALLOHU AKBAR.. ALLOHU AKBAR..
LAA ILAAHA ILLALLOHU ALLOHU  AKBAR..
ALLOHU AKBAR WALILLAHILHAM..

Takbir Keliling
Dari rumah, kami berjalan berkeliling kota Jepara dan menuju ke alun-alun kota yang berdekatan dengan museum KARTINI. Di sana, menurut informasi yang saya terima, ada acara Festival Bedug antar Sekolah Menengah Atas se-Jepara. Wahh... Jadi penasaran. Karena selama ini saya hanya melihat acara Festival Bedug melalui televisi. Di perjalanan, saya menjumpai suasana yang tidak asing saya jumpai di Jakarta ketika malam takbiran. Yaitu, antrean sepeda motor untuk memasuki tempat acara. Penuh sesak dan macet. Walaupun tidak separah Jakarta, saya kaget juga karena masyarakat Jepara lebih suka pawai keliling kota menggunakan sepeda motor, sama halnya dengan masyarakat Jakarta. Kami tiba di alun-alun dan langusng menuju ke depan panggung untuk lebih menikmati acara. Tak beberapa lama acara dimulai setelah sebelumnya diisi dengan sambutan oleh para petinggi Kota Jepara. Para pesertanya adalah para siswa-siswi SMK-SMA se JEPARA. Meriah sekali acara tersebut. Dan penampilan para pesertanya sungguh luar biasa. Bahkan juga ada acara pesta kembang apinya. Ramai dan meriah sekali alun-alun Kota Jepara ini, seolah-olah semua masyarakat Jepara berkumpul di satu tempat ini. Sekitar jam 10 malam, kami memutuskan untuk pulang, karena besok harus bangun pagi-pagi untuk sholat Ied.

Ketika hari Lebaran tiba, kami sholat Ied di mesjid terdekat. Seumur-umur, belum pernah yang namanya berlebaran dan Sholat Ied di kampung orang. Saya selalu merayakan Hari Lebaran dan sholat Ied di Jakarta. Setiap tahunnya, setelah pulang dari Sholat Ied, saya selalu mencium tangan, mencium pipi kanan dan kiri seraya memeluk erat tubuh kedua orang tua. Sebagai tanda hormat dan takzim saya kepada beliau. Sehingga air mata menetes tatkala mengingat kenakalan-kenakalan yang sering saya lakukan kepada mereka.  Pada saat Sholat Ied, Khotib membacakan khutbah yang cukup membuat saya terharu. Khutbah tersebut berhasil membuat air mata menetes di pipi. Memang bahasa yang digunakan ada bahasa Jawanya yang saya tidak mengerti. Namun juga dicampur dengan bahasa Indonesia, sehingga saya menangkap maksud dari khutbahnya. Intinya sang Khotib menekankan untuk menghormati kedua orang tua. Hari Lebaran ini adalah momen yang pas untuk kita saling bermaaf-maafan, terutama kepada orang tua yang telah berjasa melahirkan dan membesarkan kita. Bahkan orang tua senantiasa berdo’a untuk semua kebaikan kita. Hal inilah yang membuat kepala saya tertunduk dan mengenang kembali kenakalan-kenakalan saya kepada mereka. Saya belum bisa membuat mereka bangga dan bahagia. Sampai saat ini hanya do’a yang bisa saya panjatkan untuk mereka. Air mata menetes dan membasahi pipi. Sungguh sebuah pengalaman pertama berlebaran di kampung orang dan jauh dari orang tua.

Selesai Sholat Ied saya pun kemudian mengambil Handphone dan mencoba menelepon ke Jakarta. Ternyata Nomor yang saya tuju tidak diangkat teleponnya. ”Ahh.. Nanti siang-siangan saja. Mungkin sekarang lagi pada sibuk bersilaturahmi dengan tetangga” pikirku. Nuansa dan suasana Lebaran di Jepara tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Yang muda berkeliling mengunjungi yang tua. Meminta maaf dan saling cipika cipiki bagi kaum wanitanya. Kami yang lelaki cukup berjabat tangan saja. Makanan dan minumannya pun tidak jauh berbeda dengan yang ada di Jakarta saat ini. Terutama Kacang Gorengnya, sama saja. Siangnya saya mencoba menelepon kembali ke Jakarta. Yang menerima ibu saya yang biasa saya panggil dengan sebutan emak. Tanpa sempat berkata-kata, air mata langsung membasahi pipi. Dengan terbata-bata, saya meminta maaf kepada beliau dan semuanya. Di ujung telepon, saya mendengar suara serak-serak basah emak saya yang juga sedang menahan emosinya untuk tidak terlalu larut dalam tangisan. Alhamdulillah. Hati serasa plong setelah mendengar suara emak. Sungguh hebat jaman sekarang, walaupun terpisah oleh jarak yang cukup jauh, kita masih bisa berkomunikasi dengan orang lain. Subhanalloh.

Keesokan harinya yaitu hari Kamis, 01 September 2011 pagi, kami bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Rencananya kami pulang ke Jakarta hari Rabu. Namun, karena keputusan Pemerintah yang menyatakan bahwa tanggal 1 Syawal 1432 H atau Hari Raya Iedul Fitri jatuh pada tanggal 31 Agustus 2011, padahal di kalender menunjukkan tanggal 30 Agustus 2011 untuk Hari Raya Iedul Fitri 1432 H. Sehingga liburan kami jadi bertambah 1 hari. Kami mengecek kondisi mobil, apakah masih stabil atau ada yang bermasalah. Alhamdulillah kondisi mobil masih sehat-sehat saja. Sebelum berangkat pulang, kami sekeluarga besar menyempatkan untuk foto-foto di depan rumah. 3 generasi berfoto bersama. Mulai dari bude yang paling ”senior” di antara kami, kami sebagai anak-anaknya, hingga keponakan-keponakan kami. Akhirnya, jam 9 pagi kit meluncur berangkat menuju Jakarta, setelah berpamitan dengan semuanya. Kami sengaja mengambil waktu pulang hari itu, karena kami memprediksi kalau saat itu suasana lalu lintas untuk arus balik masih agak sepi. Karena baru H+1. Alhasil, sepanjang perjalanan tidak ada kemacetan yang berarti. Perjalanan lancar-lancar saja. Kami lewat Jalur Pantura, melalui Kudus, Semarang, Pemalang, Pekalongan, Brebes, Tegal, Cirebon, Indramayu.

Saya duduk di bangku depan samping sopir. Penumpang yang lain, termasuk istri saya terlelap tidur karena kelelahan di sepanjang perjalanan. Saya tidak bisa tidur, karena inilah impian saya. Menikmati perjalanan jauh. Sepanjang perjalanan mata saya memandang kesana kemari menikmati pemandangan di setiap kota yang kami lewati. Saya juga bertugas sebagai semacam Navigator bagi sang supir. Supir mengendarai kendaraan dengan penuh konsentrasi, saya sibuk menajamkan penglihatan saya membaca plang arah tujuan yang terpasang di setiap perempatan atau lampu merah. Alhamdulillah, sekitar jam 2 dini hari Jum’at 02 September 2011, kami tiba di rumah dengan selamat dan utuh tidak kekurangan suatu apapun. Kedatangan kami rupanya ditunggu-tunggu sama orang tua saya. Mereka tidak bisa tidur menunggu kedatangan kami. Alhamdulillah kami tiba di Jakarta dengan selamat. Sungguh pengalaman Mudik yang menyenangkan dan juga melelahkan. Saya baru tahu rasanya mudik yang sebenarnya. 

Terdampar di Pinggir Pantai

Sementara di Lebaran Tahun 2012/ 1433 H ini, sepertinya kami tidak akan kemana-mana. Hal ini dikarenakan kami mempunyai urusan yang lebih penting. Yaitu menyambut kehadiran calon anggota baru di keluarga kami. Ya.. Insya ALLAH istri saya akan melahirkan di bulan Agustus yang bertepatan dengan bulan Puasa tahun ini. Tepatnya Insya ALLAH 1 minggu sebelum Lebaran menurut perhitungan dokter yang memeriksa kandungan istri saya. Mohon do’anya ya, semoga istri saya dan bayi yang dikandungnya diberi kesehatan, dilancarkan dan dipermudah persalinannya nanti. Dan keduanya diberikan keselamatan dan kesehatan serta umur yang panjang. Semoga kita semua juga senantiasa diberi kesehatan dan umur yang panjang. Aamiin Allahumma aamiin.

Saidi, Jakarta 27 April 2012

1 komentar:

  1. Do you need Personal Loan?
    Business Cash Loan?
    Unsecured Loan
    Fast and Simple Loan?
    Quick Application Process?
    Approvals within 4 Hours?
    No Hidden Fees Loan?
    Funding in less than 72hrs
    Get unsecured working capital?
    Email us: fastloanoffer34@gmail.com
    Whats-app us on +918929509036

    BalasHapus