Selasa, 31 Mei 2011
Senin, 30 Mei 2011
Sisi Gelap Program Antariksa Amerika
Enam puluh tahun lalu Amerika Serikat merekrut para ilmuwan Nazi untuk memimpin sejumlah proyek yang mempelopori persaingan untuk menguasai angkasa luar.Para ilmuwan itu memberi Amerika teknologi canggih yang sampai saat ini masih memajukan program angkasa luar NASA. Namun kemajuan itu memiliki beban moral. Pada akhir Perang Dunia Kedua rahasia teknologi Nazi Jerman menjadi incaran. Pihak Sekutu berusaha mengambilalih sebanyak mungkin peralatan dan para ahli sambil mencegah negara-negara lainnya melakukan hal serupa. Pencapaian teknologi Jerman mengejutkan para ilmuwan Sekutu yang ikut dengan pasukan invasi ke Jerman pada tahun 1945.
Wernher von Braun: ikon NASA dan mantan perwira SS Nazi
Roket supersonik, gas syaraf, pesawat terbang jet, rudal jelajah, teknologi stealth dan bahan lapis baja yang lebih keras adalah beberapa teknologi terobosan yang dikembangkan di dalam laboratorium dan pabrik Nazi, bahkan saat Jerman hampir kalah perang. Amerika Serikat dan Uni Soviet-lah, pada awal-awal Perang Dingin, yang bersaing dan berpacu dengan waktu untuk menemukan rahasia ilmiah Hitler yang belum terungkap.
Pada Mei 1945, pasukan legiun Stalin berhasil menguasai beberapa laboratorium penelitian atom di Institut Kaiser Wilhelm yang terkenal di pinggiran Berlin. Ini memberi mereka teknologi yang kemudian digunakan untuk membangun gudang senjata nuklir Soviet.
Pasukan Amerika memindahkan rudal-rudal V-2 dari kompleks besar di Nordhausen, yang dibangun di bawah Pegunungan Harz di Jerman Tengah, beberapa saat sebelum Uni Soviet mengambilalih pabrik itu yang kemudian menjadi daerah yang dikuasai Soviet. Tim yang membangun V-2, pimpinan Wernhre von Braun, juga jatuh ke tangan Amerika. Tidak lama kemudian Mayor Jenderal Hugh Knerr, wakil panglima pada Angkatan Udara AS di Eropa menulis: "Pendudukan lembaga ilmiah dan industri Jerman mengungkapkan kenyataan yang mengejutkan bahwa kami sangat terbelakang dalam banyak lapangan penelitian."
"Kalau kami tidak meraih kesempatan ini untuk menguasai alat dan otak yang mengembangkan teknologi itu dan mempekerjakan mereka, kami akan tetap tertinggal bertahun-tahun."
Karena dimulailah Proyek Paperclip, operasi Amerika yang merekrut von Braun dan lebih dari 700 ilmuwan lainnya yang dibawa dari Jerman. Tujuan proyek itu sederhana: "Untuk mempergunakan ilmuwan Jerman bagi penelitian Amerika dan untuk mencegah sumber ilmiah itu jatuh ke tangan Uni Soviet."
Arthur Rudolph: "100% Nazi"
Perkembangan pun berjalan cepat. Presiden Truman memberi ijin bagi Proyek Paperclip di bulan Agustus 1945 dan pada 18 November, sekelompok ilmuwan Jerman pertama sampai di Amerika. Tetapi ada satu masalah. Truman memerintahkan bahwa siapapun yang didapati sebagai "anggota partai Nazi dan berperan dalam kegiatannya, atau pendukung aktif militerisme Nazisme" tidak akan diijinkan.
Menurut kriteria tadi bahkan von Braun sendiri, orang yang bertanggungjawab atas pemotretan di Bulan, seharusnya tidak boleh bekerja untuk Amerika. Dia adalah anggota berbagai organisasi Nazi dan memegang jabatan di pasukan khusus Nazi, SS. Catatan intelijen awal tentang von Braun menyebut pria itu sebagai "resiko bagi keamanan". Dan rekan-rekan von Braun termasuk:
* Arthur Rudolph, kepala operasi di Nordhausen, tempat 20.000 buruh paksa tewas saat membuat rudal V-2. Dia memimpin tim yang membangun roket Saturnus V. Dia digambarkan sebagai "100% Nazi, orang yang berbahaya".
* Kurt Debus, ahli peluncuran roket, juga perwira SS. Laporan tentang Debus menyatakan: "Dia harus ditahan karena mengancam keamanan Pasukan Sekutu."
* Hubertus Strughold, yang kemudian dikenal sebagai "bapak obat-obatan angkasa luar", yang merancang sistem penyokong kehidupan di pesawat angkasa Nasa. Beberapa bawahannya melakukan "percobaan" manusia di kamp Dachau dan Auschwitz, tempat tahanan dibekukan hidup-hidup dan ditempatkan di ruangan bertekanan rendah. Banyak dari mereka yang kemudian meninggal.
Semua pria ini dibolehkan bekerja untuk Amerika, kejahatan dituduhkan terhadapmereka ditutupi dan latar belakang mereka diputihkan oleh militer Amerika yang berambisi memenangkan Perang Dingin.
Enam puluh tahun kemudian, warisan Proyek Paperclip masih sangat penting.
Dengan karbon penyerap radar yang pada kayu lapis dan sayap tunggal yang mulus ke belakang, Horten Ho 229 dari tahun 1944 buatan Jerman dapat dikatakan sebagai pesawat terbang stealth yang siluman pertama.
Pembom siluman stealth: ikuti rancangan Jerman tahun 1944
Militer AS memberi satu contoh pesawat kepada Northrop Aviation, perusahaan yang kemudian memproduksi pesawat pemboman siluman B-2 yang bernilai 2 milyar dolar, yang dijiplak dari kapal Horten satu generasi kemudian.
Rudal jelajah masih menggunakan rancangan rudal V-1 dan mesin scramjets yang memotori pesawat hipersonik canggih Nasa X-43 dapat diwujudkan berkat teknologi jet Jerman. Dokumen Proyek Paperclip yang masih dirahasiakan membuat berbagai kalangan termasuk Nick Cook, konsultan teknologi angkasa luar di mingguan Jane's Defence, berspekulasi bahwa Amerika mungkin telah mengembangkan teknologi maju Nazi lainnya termasuk alat anti gravitasi, yang merupakan sumber energi berjumlah besar.
Meskipun kesuksesan Proyek Paperclip tidak diragukan lagi, banyak orang akan memilih untuk mengingat ribuan orang yang tewas demi mengirim manusia ke angkasa luar.
source: http://www.bbc.co.uk
__._,_.___
Wernher von Braun: ikon NASA dan mantan perwira SS Nazi
Roket supersonik, gas syaraf, pesawat terbang jet, rudal jelajah, teknologi stealth dan bahan lapis baja yang lebih keras adalah beberapa teknologi terobosan yang dikembangkan di dalam laboratorium dan pabrik Nazi, bahkan saat Jerman hampir kalah perang. Amerika Serikat dan Uni Soviet-lah, pada awal-awal Perang Dingin, yang bersaing dan berpacu dengan waktu untuk menemukan rahasia ilmiah Hitler yang belum terungkap.
Pada Mei 1945, pasukan legiun Stalin berhasil menguasai beberapa laboratorium penelitian atom di Institut Kaiser Wilhelm yang terkenal di pinggiran Berlin. Ini memberi mereka teknologi yang kemudian digunakan untuk membangun gudang senjata nuklir Soviet.
Pasukan Amerika memindahkan rudal-rudal V-2 dari kompleks besar di Nordhausen, yang dibangun di bawah Pegunungan Harz di Jerman Tengah, beberapa saat sebelum Uni Soviet mengambilalih pabrik itu yang kemudian menjadi daerah yang dikuasai Soviet. Tim yang membangun V-2, pimpinan Wernhre von Braun, juga jatuh ke tangan Amerika. Tidak lama kemudian Mayor Jenderal Hugh Knerr, wakil panglima pada Angkatan Udara AS di Eropa menulis: "Pendudukan lembaga ilmiah dan industri Jerman mengungkapkan kenyataan yang mengejutkan bahwa kami sangat terbelakang dalam banyak lapangan penelitian."
"Kalau kami tidak meraih kesempatan ini untuk menguasai alat dan otak yang mengembangkan teknologi itu dan mempekerjakan mereka, kami akan tetap tertinggal bertahun-tahun."
Karena dimulailah Proyek Paperclip, operasi Amerika yang merekrut von Braun dan lebih dari 700 ilmuwan lainnya yang dibawa dari Jerman. Tujuan proyek itu sederhana: "Untuk mempergunakan ilmuwan Jerman bagi penelitian Amerika dan untuk mencegah sumber ilmiah itu jatuh ke tangan Uni Soviet."
Arthur Rudolph: "100% Nazi"
Perkembangan pun berjalan cepat. Presiden Truman memberi ijin bagi Proyek Paperclip di bulan Agustus 1945 dan pada 18 November, sekelompok ilmuwan Jerman pertama sampai di Amerika. Tetapi ada satu masalah. Truman memerintahkan bahwa siapapun yang didapati sebagai "anggota partai Nazi dan berperan dalam kegiatannya, atau pendukung aktif militerisme Nazisme" tidak akan diijinkan.
Menurut kriteria tadi bahkan von Braun sendiri, orang yang bertanggungjawab atas pemotretan di Bulan, seharusnya tidak boleh bekerja untuk Amerika. Dia adalah anggota berbagai organisasi Nazi dan memegang jabatan di pasukan khusus Nazi, SS. Catatan intelijen awal tentang von Braun menyebut pria itu sebagai "resiko bagi keamanan". Dan rekan-rekan von Braun termasuk:
* Arthur Rudolph, kepala operasi di Nordhausen, tempat 20.000 buruh paksa tewas saat membuat rudal V-2. Dia memimpin tim yang membangun roket Saturnus V. Dia digambarkan sebagai "100% Nazi, orang yang berbahaya".
* Kurt Debus, ahli peluncuran roket, juga perwira SS. Laporan tentang Debus menyatakan: "Dia harus ditahan karena mengancam keamanan Pasukan Sekutu."
* Hubertus Strughold, yang kemudian dikenal sebagai "bapak obat-obatan angkasa luar", yang merancang sistem penyokong kehidupan di pesawat angkasa Nasa. Beberapa bawahannya melakukan "percobaan" manusia di kamp Dachau dan Auschwitz, tempat tahanan dibekukan hidup-hidup dan ditempatkan di ruangan bertekanan rendah. Banyak dari mereka yang kemudian meninggal.
Semua pria ini dibolehkan bekerja untuk Amerika, kejahatan dituduhkan terhadapmereka ditutupi dan latar belakang mereka diputihkan oleh militer Amerika yang berambisi memenangkan Perang Dingin.
Enam puluh tahun kemudian, warisan Proyek Paperclip masih sangat penting.
Dengan karbon penyerap radar yang pada kayu lapis dan sayap tunggal yang mulus ke belakang, Horten Ho 229 dari tahun 1944 buatan Jerman dapat dikatakan sebagai pesawat terbang stealth yang siluman pertama.
Pembom siluman stealth: ikuti rancangan Jerman tahun 1944
Militer AS memberi satu contoh pesawat kepada Northrop Aviation, perusahaan yang kemudian memproduksi pesawat pemboman siluman B-2 yang bernilai 2 milyar dolar, yang dijiplak dari kapal Horten satu generasi kemudian.
Rudal jelajah masih menggunakan rancangan rudal V-1 dan mesin scramjets yang memotori pesawat hipersonik canggih Nasa X-43 dapat diwujudkan berkat teknologi jet Jerman. Dokumen Proyek Paperclip yang masih dirahasiakan membuat berbagai kalangan termasuk Nick Cook, konsultan teknologi angkasa luar di mingguan Jane's Defence, berspekulasi bahwa Amerika mungkin telah mengembangkan teknologi maju Nazi lainnya termasuk alat anti gravitasi, yang merupakan sumber energi berjumlah besar.
Meskipun kesuksesan Proyek Paperclip tidak diragukan lagi, banyak orang akan memilih untuk mengingat ribuan orang yang tewas demi mengirim manusia ke angkasa luar.
source: http://www.bbc.co.uk
__._,_.___
Kamis, 05 Mei 2011
Lebaran Khas Betawi Cengkareng, Lebaran Antar Kampung
Masyarakat Betawi asli di Cengkareng memiliki tradisi lebaran cukup unik yg masih terjaga sampai saat ini yaitu tradisi lebaran antar kampung.
Tradisi lebaran dalam hari raya Idul Fitri memang sudah umum bagi masyarakat di Indonesia. Bahkan tradisi pulang kampung atau mudik menjadi fenomena tersendiri di Indonesia demi silaturahmi dengan sanak famili yg ada di kampung halaman.
Menurut tokoh pemuda Jakarta Barat, M.Ikhwan Ridwan kepada Berita8.com, Rabu (15/9/2010) mengatakan Lebaran umumnya mengunjungi keluarga besar dari rumah kerumah yg muda mengunjungi yang tua.
Bagi masyrakat Betawi asli di Cengkareng menjadi lebih semarak karena lebaran lebih di perluas menjadi lebaran antar kampung.
Setiap kampung sudah memiliki jadwal hari tersendiri yang sudah di tetapkan para tokoh sejak lama yang saling berbalas kunjung satu sama lain.
Di Cengkareng terdiri beberapa kampung diantaranya, Pondok Sambi, Tanah Koja, Pondok Randu, Kampung Gunung, Bojong, Rawabuaya, Cengkareng, Kapuk sementara untuk wilayah Tangerang (wilayah sekitar Cengkareng) meliputi, Kembangan, Semanan, Gondrong dan Cipondoh.
Hari pertama, masyarakat Betawi Cengkareng seperti masyarakat umumnya mengunjungi keluarga masing-masing mengunjungi orang tua, mertua atau keluarga tertua.
Hari kedua, kemudian seluruh kampung yang ada di Cengkareng tumplek di kampung Tanah Koja yang jadi tuan rumah.
Hari ketiga, giliran Kampung Pondok Sambi yang jadi tuan rumah maka seluruh kampung yang ada di Cengkreng tumplek di Kampung Pondok Sambi.
Hari keempat, tuan rumah giliran Kampung Gunung, Kampung Pondok Randu, Bojong dan Kembangan.
Hari kelima, yang jadi tuan rumah giliran Rawabuaya, Cengkareng, Kapuk.
Hari keenam, giliran Kampung Gondrong, Cipondoh serta Kampung Semanan.
Dan hari ketujuh mulai bebas untuk mengunjungi rumah sanak keluarga yang jauh di Bekasi, Bogor atau Depok.
Sejarah bermula tradisi tersebut berlangsung sejak lama, karena kondisi geografis jarak antar kampung berjauhan, kemudian saat hari raya tiba mereka berkunjung kerumah sanak keluarga di kampung lain.
Ketika hendak berkunjung melewati persawahan dan ketemu di tengah sawah. Hal tersebut berulang tahun-tahun berikutnya. Pada akhirnya di tengah sawah tersebut para sesepuh tua saat itu membuat kesepakatan berdasarkan silsilah.
Tradisi lebaran antar kampung tersebut berlaku umum, tidak mengenal strata atau status sosial, usia, siapapun harus harus saling mengunjungi.
Apabila ada yg tidak mau berkunjung atau malas berkunjung maka sanksi sosialnya rumahnya tidak di kunjungi saat kampungnya jadi tuan rumah.
Walaupun statusnya tokoh seperti Kiyai, pejabat pada saat waktunya berkunjung maka wajib berkunjung, waktunya jadi tuan rumah terima tamu maka harus menunggu.
Sumber: http://archive.kaskus.us/thread/5294254
Langganan:
Postingan (Atom)